RSS : Articles / Comments


Pedagang Wajib Berpakaian Adat Bali

20.17, Posted by simple, One Comment

SEDIKITNYA 200 pedagang kios dan pedagang acung di kompleks Pura Besakih, Rendang, Karangasem, Rabu (11/3) kemarin dikumpulkan di Sasana Budaya, Besakih. Saat itu Camat Rendang yang juga Ketua Tim Penataan Kawasan Besakih Drs. I Wayan Gede Mustika memberikan pengarahan kepada mereka. Tujuannya, agar pedagang tertib dan mematuhi ketentuan terkait Karya Agung Panca Bali Krama (PBK) dan Batara Turun Kabeh (BTK).

Mustika mewajibkan seluruh pedagang mengenakan pakaian adat Bali. Sementara kios dihias dengan janur, guna mencirikan ada karya agung di pura kahyangan jagat itu. Spanduk atau sejenisnya yang terpasang di atas terkait promosi, hendaknya diturunkan.

Kios yang kini terlihat tak terurus dan hampir roboh agar segera diperbaiki. Jika tidak, agar dibersihkan. Selain itu semua pedagang acung, baik minuman maupun pedagang canangsari, sejak 20 Maret yakni sejak pralingga Ida Batara katuran tedun, dilarang berjualan di areal pura (di jeroan).

Hal yang sama disampaikan kepada wisatawan, baik domestik maupun asing. Ketentuan yang ada harus ditaati seperti mesti memakai pakaian yang sopan serta tak boleh masuk ke jeroan pura. Pemandu wisata mesti memperhatikan dan memberikan pengertian kepada para tamunya. (bud)

Choose the Best Hotel to Your Holiday

19.19, Posted by simple, No Comment

Choose the Best Hotel To Your Holiday
Do you have a plan to have holiday in western? If yes, of course you must prepare all what you need to go to that place. You must choose the correct agent, correct place to visit, and the most important is you must choose the correct hotel to stay. There is a lot of hotel in western, if you wrong to choose, you will have bad experience holiday.
If you destination in Australia, you can choose a lot of hotels. They will serve you the best, but remember to check your money. If you have a little money you can choose the in Melbourne, the name of hotel is “ wkwkwkkwkwkwk”



wkwkwkkwkwkwkkw Melbourne, give you more than what you need. The serve you the best. Here you can see the facilities of the hotel.


They have big room, and clean of course.

Choose the Best Hotel to Your Holiday

They have big room, and clean of course.

Choose the Best Hotel to Your Holiday
I love swimming, and this swimming pool look great.

And if you have plant go to Sydney, you can choose "peace" Hotels. One of them is “ peace”. Why I prefer choose this hotel? Because the price cheaper for me. You can see the several facilities that include in “peace”.

Choose the Best Hotel to Your Holiday

Great hotel from outside, can you imagine inside?

Choose the Best Hotel to Your Holiday
Great swimming pool, I love pool.

Another hotel that you can choose is “wkwkwkkwk” they have cheap price to, and if in Melbourne you still need to find hotel, you can find “peace” I love the price, only 99$. That great buddy. Below you can see the facilities of the hotel.

Choose the Best Hotel to Your Holiday

Simple room, I like it. I can do my activity as blogger here.

Choose the Best Hotel to Your Holiday

You can Relax in the outside of hotel, this nice place.

Select your hotels, and hope great holiday for you...

Warga Besakih Banyak Menderita Rematik dan HipertensiAmlapura (Bali Post)

18.16, Posted by simple, 2 Comments


Pengayah ke Pura Besakih terkait karya agung Panca Bali Krama (PBK) dan Bhatara Turun Kabeh (BTK) terus berdatangan dari seluruh penjuru Bali, Sabtu (28/2) kemarin. Demikian juga warga yang sakit dan minta pengobatan ke pos kesehatan Pasraman Bali di Besakih, tetap berdatangan.

Sejumlah dokter dan bidan, kemarin, ngayah memberikan pelayanan di pos Pasraman Bali di Besakih yakni dr. Ayu Witriasih yang juga Kepala Puskesmas II Denpasar Barat, dibantu bidan Desak Novianti dan A.A. Mas Nagapadmi keduanya dari Puskesmas Denbar II. Selain itu, dr. LP Suwastini dari Puskesmas I Denpasar Barat, serta dr. Ni ketut Srinadi, seorang dokter jaga UGD RS Bakti Rahayu, Denpasar.

Dokter Srinadi mengatakan umumnya warga dari Desa Besakih dan sekitarnya yang datang ke pos pengobatan paling banyak menderita penyakit kulit, diikuti rematik dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Banyaknya penderita penyakit kulit diduga akibat di desa itu cuaca kerap lembab, sementara terjadi krisis air bersih sehingga penderita tak rutin mandi dengan sabun. Penderita rematik umumnya mengeluhkan sakit tulang di tiap persendian, diduga akibat suhu udara yang kerap dingin, sementara warga penderita umumnya dari kalangan petani akibat bekerja keras dan kerap berhujan. Sementara orang tua banyak menderita hipertensi, diduga mereka suka minum kopi guna menghangatkan badan di tengah suhu udara Besakih yang dingin.

Selain memberikan pelayanan pengobatan bagi warga desa Besakih dan sekitarnya serta para pemangku, juga tetap digelar ngayah mareresik (bersih-bersih) di sekitar pura. Sementara ratusan pengayah juga membantu lima Ida Pedanda istri selaku tapini. Selain membuat dan mempersiapkan berbagai jenis jajan, juga mulai menganyam klatkat, kulit tipat, pengayang, tamas, penyungsung serta berbagai jenis sampian lainnya.

Kalangan pengayah di antaranya dari Yayasan Perguruan Rakyat Saraswati Denpasar yang berkekuatan 100 orang. Rombongan Yayasan PR Saraswati dipimpin Ir. Bagus Lodji, M.S. terdiri dari kepala SD, SMP, SMA/SMK, dan Unmas. Selain ngayah majejahitan dan membuat klakat, Yayasan PR Saraswati juga madana punia Rp 5 juta dan sembako kepada panitia.

Selain itu, pengayah dari karyawan kantor Keuangan Negara Denpasar sebanyak 35 orang, karyawan BTDC 40 orang, dari Billabong 15 orang. Pihak BTDC juga menyerahkan 10 bak sampah berbahan fiber, tikar serta bibit pohon genitri diterima pihak panitia karya PBK dan BTK. Sementara pihak Billabong menyampaikan dana punia berupa sembako seperti beras, gula pasir, kopi bubuk, dupa, saput untuk pemangku serta uang tunai Rp 1 juta. Sementara SDN 4 Saraswati juga menyampaikan dana punia berupa uang tunai Rp 4.875.000. (013)

Panca Bali Krama

20.11, Posted by simple, No Comment


Umat Harus Lakukan 'Yasa Kerti'
NUWASEN Karya Agung Panca Bali Krama (PBK) dan Batara Turun Kabeh (BTK) digelar di Pura Penataran Agung Besakih, Rabu (25/2) kemarin. Dengan upacara itu diharapkan umat melakukan yasa kerti, terutama dalam bentuk kesiapan mental, kesucian hati, serta senantiasa menampilkan pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci. Dengan menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak terpuji serta dapat menodai kesucian dan pelaksanaan Karya Panca Bali Krama.

Selain nuwasen karya (menetapkan hari baik memulai karya), juga digelar prosesi lainnya yakni negtegang, nyuci beras dan ngunggahang sunari. Upacara ini dipusatkan di Penataran Agung Besakih di-puput Ida Pedanda Gde Putra Tianyar dari Geria Menara, Sidemen. Sementara negtegang lan nyuci beras di-puput Ida Pedanda Istri Karang dari Geria Sibetan.

Selain upacara di Penataran Agung Besakih, kemarin juga digelar upacara ngaturang pengandeg, nunas tirta panglukatan dan pamarisudha di Pura Dalem Puri, Besakih. Upacara itu di-puput Ida Pedanda Gde Putra Tembau dari Geria Gede, Aan, Klungkung yang juga yajamana karya PBK dan BTK. Upacara itu di-puput bersama Ida Pedanda Gde Nyoman Jelantik Dwaja dari Geria Budakeling.

Persembahyangan nuwasen karya di Besakih dihadiri Wagub Bali AAN Gede Puspayoga dan staf serta Asisten II Sekdakab Karangasem Ir. Komang Gde dan Ketua Bappeda Wayan Arthadipa, S.H.

Sementara itu, umat yang ngaturang ayah ke Besakih terus berdatangan. Tidak saja karyawan instansi pemerintah dan swasta, juga perorangan. Menurut sejumlah panitia, sambutan masyarakat terhadap Karya Panca Bali Krama tahun ini sangat antusias. Ini dapat dilihat dari jumlah umat yang ngaturang ayah setiap harinya. 'Jadi, umat tidak hanya sembahyang ke Besakih, tetapi telah berupaya terlibat sejak awal. Hal ini merupakan perkembangan yang sangat baik dalam kesadaran umat untuk ngaturang ayah,' katanya.

Dibandingkan 10 tahun lalu, animo masyarakat tidak setinggi saat ini. Ketika itu umat masih berpatokan pada sembahyang saat upacara puncak dan Ida Batara nyejer. 'Sekarang umat sudah terlibat sejak awal. Dan, ini merupakan perkembangan yang sangat baik,' katanya berulang-ulang. (013)

Ribuan Nasabah KKM Demo

19.33, Posted by simple, No Comment


Desak Dana Cair Sebelum Galungan
Amlapura (Bali Post) -
Ribuan nasabah Koperasi Karangasem Membangun (KKM), Senin (23/2) kemarin berdemo ke DPRD dan Kantor Bupati Karangasem. Usai menerima perwakilan nasabah, Wakil Bupati Karangasem Drs. IGL Rai mengatakan pihaknya membentuk tim guna mohon kepada Kapolda Bali agar dana nasabah KKM sebelum hari raya Galungan dan Kuningan, Maret ini sudah bisa dicairkan. 'Kami langsung membuat surat dan menyampaikannya kepada Kapolda Bali,' jelasnya.

Ribuan nasabah KKM kemarin datang sekitar pukul 09.00 ke DPRD Karangasem. Sebanyak 15 perwakilan mereka diterima Ketua DPRD Karangasem IW Sukadana, S.Sos. dan anggota Dewan lainnya. Perwakilan nasabah Nyoman Pasek membacakan pernyataan para nasabah yang isinya sembilan poin, di antaranya minta Ketua KKM I Gede Putu Kertia, S.E. dan Dirut I Nengah Wijanegara, S.E. segera dibebaskan. Sebab, mereka merasa tak dirugikan sistem KKM dan sebaliknya akibat kebijakan represif pihak kepolisian, KKM mengalami kerugian besar dan itu akan berlanjut selama koperasi itu tak dioperasikan kembali.

Dalam pernyataannya, mereka juga menyayangkan adanya laporan ke Mabes Polri, dengan menyatakan bahwa uang nasabah KKM sudah dikirim ke luar negeri (LN) dan Ketua KKM sudah siap-siap lari. Terkait hal itu, nasabah minta Kapolri secepatnya memeriksa aparat di Karangasem terkait laporannya itu. Atas pengaduan itu, Ketua DPRD Sukadana mengatakan bakal membentuk panitia khusus (pansus) guna menangani kasus yang membelit KKM.

Usai demo di DPRD, massa bergerak ke Kantor Bupati Karangasem. Sama dengan di DPRD, massa tertahan di depan pintu masuk Kantor Bupati karena dijaga ketat pasukan Dalmas. Namun sejumlah perwakilan massa diizinkan masuk dan diterima Wabup Karangasem serta Wakapolres Kompol Nyoman Wija.

Di depan Wabup dan stafnya, perwakilan massa minta dicarikan jalan keluar sehingga dana masyarakat yang terhimpun di KKM bisa dikembalikan secepatnya. Namun, jika pihak Pemkab tak mampu mengembalikan dana dengan uang dan aset yang sejak penggerebekan Jumat (20/2) dikuasai kepolisian, pemerintah diminta membebaskan KKM beroperasi kembali. (013)


Khawatir Mobil Ditarik Kembali



SEJAK pagi Senin (23/2) kemarin perkantoran pemerintah di Amlapura, Karangasem dijaga ketat polisi. Maklum, sejak sehari sebelumnya beredar isu bakal ada demo besar-besaran ribuan nasabah Koperasi Karangasem Membangun (KKM).

Selain kantor DPRD dan Bupati, perkantoran lainnya seperti Kejari, PN Amlapura juga ditutup pintu masuknya dan dijaga polisi. Demikian pula Jalan Ngurah Rai di depan kantor Bupati ditutup untuk lalu lintas dan dialihkan ke jalan lainnya. Sebab, ribuan nasabah memenuhi badan jalan. Sementara karyawan Pemkab Karangasem tampak sepi aktivitas, dan banyak di antaranya pulang lebih awal.

Sementara itu pelantikan perbekel yang direncanakan Selasa (24/2) pagi ini diundur, tanpa alasan jelas. Pagi ini direncanakan bakal digelar penggantian antarwaktu (PAW) seorang anggota DPRD Karangasem I Wayan Kari Subali. Anggota Komisi I ini sebelumnya anggota Fraksi PDI-P, namun belakangan mengajukan diri sebagai caleg pada Pileg 2009 lewat PNI-M. Namun, sejumlah anggota DPRD Karangasem kemarin mengaku masih ragu apakah PAW melalui sidang paripurna istimewa itu bisa berlangsung, karena dikhawatirkan banyak anggota Dewan yang tak hadir.

Sejumlah anggota Dewan dan caleg Senin (23/2) kemarin di Amlapura juga mengaku kelimpungan. Rencana mereka menarik dukungan berantakan gara-gara play (penarikan) uang di KKM buyar. Padahal, dengan play awal Maret, ada yang sudah merencanakan membeli 15 ekor babi untuk hari raya Galungan dan Kuningan dan dagingnya dibagikan kepada warga. Uang hasil penarikan lainnya juga untuk membeli baliho, dan mencetak alat peraga kampanye lainnya. Sejumlah investor KKM, baik dari kalangan orang berduit yakni pengusaha sampai Dewan pun, mulai khawatir sepeda motor atau mobil mereka yang dibeli dari KKM dan BPKB-nya masih ditahan di koperasi itu bakal ditarik kembali. (bud)

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=11534

Soal Vila Dekat Pura Pidada

17.42, Posted by simple, No Comment


"Pengempon" dan Pemilik akan Dipertemukan Kembali
Singaraja (Bali Post) -
Masalah pembangunan vila untuk tempat tinggal di dekat Pura Pidada, Singaraja, tampaknya akan berlarut-larut. Pihak Lurah Banyuasri Ketut Yudistira berencana akan menggelar pertemuan ulang antara pengempon dan pemilik bangunan. Sementara pihak pengempon bersikeras agar pembangunan itu dihentikan sementara sebelum pemiliknya mendapat persetujuan dari pihak pengempon.

Dalam pertemuan sebelumnya, Kamis (12/2) lalu, pihak pengempon tak datang ke tempat pertemuan di kantor Lurah Banyuasri. Untuk itu Lurah Banyuasri Yudistira berencana akan menjadwal ulang pertemuan antara pengempon dan pemilik bangunan, namun kali ini akan dimediasi oleh Camat Buleleng. "Kami akan gelar pertemuan ulang dengan mediasi Camat Buleleng," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Buleleng Ketut Laksana mengatakan, bangunan di dekat Pura Pidada itu sejauh ini memang belum memiliki IMB. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan IMB, pemilik vila harus melengkapi surat persetujuan atau kesepakatan dari pengempon Pura Pidada dan persetujuan warga di sekitar bangunan tersebut. "Untuk itu, kami tinggal menunggu hingga pemilik bangunan mengajukan permohonan IMB dengan melampirkan persyaratan," katanya.

Dulu, kata Laksana, pemilik bangunan vila itu sempat diantar oleh Lurah Banyuasri Ketut Yudistira datang ke kantor KPT. Pemiliknya menanyakan tentang persyaratan mengajukan permohonan IMB. Setelah mendapatkan penjelasan tentang syarat-syarat tersebut, pemilik bangunan ternyata tidak datang lagi ke kantor KPT. "Tidak ada tindaklanjutnya, malahan bangunan sudah berdiri dan sudah ditempati," katanya.

Sementara Camat Buleleng Ida Bagus Suadnyana, S.H. meminta agar Lurah hati-hati menerima warga pendatang yang hendak membangun sesuatu di Buleleng. Karena, memang sering ada warga pendatang yang membangun terlebih dahulu baru kemudian mengurus perizinan. Seperti yang terjadi pada bangunan di dekat Pura Pidada yang sudah berdiri dan sekarang diprotes warga. "Sekarang setelah diprotes oleh pengempon, baru mengurus IMB dan minta bantuan kepada pihak kecamatan," katanya.

Soal bangunan vila yang berdekatan dengan kawasan Pura Pidada, kata Camat Suadnyana, memang sepantasnya pemilik bangunan meminta persetujuan kepada pengempon pura dan warga sekitar. Setelah terdapat persetujuan, baru kemudian pemilik bangunan mencari IMB. "Jangan hanya karena punya uang untuk membangun, lalu masalah aturan bisa jadi nomor dua," tandasnya.

Seperti diberitakan, warga pengempon Pura Pidada memprotes sebuah bangunan vila milik warga Belanda di dekat Pura Pidada. Protes dilakukan karena bangunan tersebut belum memiliki IMB dan belum mendapat persetujuan dari pengempon pura tersebut. (kmb15)

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=11235

'Ngaturang Ayah' di Besakih

17.05, Posted by simple, No Comment


Layanan Kesehatan Makin Diminati Warga
Amlapura (Bali Post) -
Hari kedua pelaksanaan pelayanan kesehatan 'Ngayah Sareng Bali TV' di Besakih serangkaian Karya Panca Bali Krama di Pura Besakih diikuti ratusan krama Bali. Sementara pengobatan gratis yang dipusatkan di Pasraman Besakih dikunjungi 160 orang, lebih banyak dari kunjungan sehari sebelumnya. Mereka yang memanfaatkan pelayanan gratis itu; pemangku, prajuru adat, pengurus dinas, masyarakat umum termasuk warga asing yang mengalami kecelakaan. Warga Jerman tersebut mengalami kecelakaan lalu lintas (jatuh sendiri) ketika jalan menanjak. Atas informasi dari masyarakat, akhirnya ia mendatangi pos pelayanan kesehatan di pasraman tersebut.

Dari 160 warga yang datang, sebagian besar menderita penyakit kulit. Selebihnya, rematik dan rabun. Dokter Sudhana menyebutkan, kurangnya perhatian warga terhadap kebersihan diri dan lingkungan sebagai penyebab utama penyakit kulit seperti koreng. Apalagi, koreng sangat cepat menular melalui kontak pakaian, penggunaan sabun, air dan lainnya yang dilakukan secara bersamaan. 'Biasanya di desa kan satu handuk dipakai bersama sekeluarga. Itu harus dihindari guna memutus menularnya koreng. Begitu juga saat pencucian, harus dilakukan hingga bersih sempurna,' katanya.

Klian Dusun Batumadeg (satu dari delapan dusun di Desa Besakih) Wayan Suweta dan Sekretaris Dusun Ketut Pageh yang juga datang berobat menyebutkan, kesulitan air bersih menjadi salah satu penyebab sulitnya memutus penyakit koreng di wilayahnya. Dari 125 KK, sekitar 50 KK belum mendapat pelayanan air bersih (sambungan PDAM) sehingga mengandalkan air tadah hujan. Yang paling menjadi kekhawatiran adalah penyakit rabun yang menimpa banyak warga. Tak hanya yang berusia tua, juga anak-anak. Gangguan penglihatan ditandai dengan mata merah menahun. 'Beruntung, saat kami membutuhkan pengobatan, ada pelayanan kesehatan gratis. Kalau datang ke rumah sakit, otomatis kami butuh biaya,' sebut Suweta seraya mengaku kemampuan keuangan masyarakatnya sangat rendah.

Dalam kegiatan pelayanan kesehatan ini dokter yang ikut ngaturang ayah di antaranya dr. I Wayan Sudhana, Sp.PD., KGH., dr. Nyoman Astika, Sp.PD. dan dr. Wayan Budiasa (ketiganya dari BaliMed), dr. Made Yasa dari Penta Medika, dr. Made Sukana dan dr. Ni Ketut Srinadi (Bhakti Rahayu) dibantu sejumlah paramedis seperti Ketut Budiman, Parwati dan Utami Karunia (Bhakti Rahayu) serta Apoteker dan Asisten Apoteker Teguh dan Ita, Ranti dan Vina (Apoteker dan Asisten Apoteker KKB). Dalam kegiatan serupa Sabtu (20/2) dan Minggu (21/2) mendatang, sejumlah dokter sudah menyatakan kesiapannya untuk ngayah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Selain menjadi pusat pos pelayanan kesehatan selama Karya Panca Bali Krama dan Batara Turun Kabeh, Pasraman Besakih juga akan dijadikan wadah pengembangan generasi muda di desa itu. Di pasraman tersebut, secara bertahap akan dirancang untuk kegiatan pelatihan seperti bahasa Inggris, komputer, internet dan acara dharmatula yang melibatkan generasi muda. 'Saya sangat mendukung Pasraman Besakih menjadi pasraman modern,' ungkap General Manager (GM) Kandatel Bali I Gede Negara yang saat itu juga ngaturang ayah.

'Dukungan yang diberikan tentu berkaitan dengan teknologi informasi (TI) seperti internet. Kesehatan, kan sudah ditangani dokter (rumah sakit). Ya... saya TI-nya saja,' sebutnya. Untuk kegiatan sosial, ia juga sangat mendukung program 'Ngayah Sareng Bali TV' dengan mengerahkan seluruh kekuatan Kandatel, Minggu (22/2) mendatang.

Selain pelayanan kesehatan, acara 'Ngayah Sareng Bali TV' juga diisi bersih-bersih di kawasan Pura Besakih. Acara diawali persembahyangan bersama di Pura Batumadeg dan Penataran Agung Besakih, sebagaimana dilakukan sehari sebelumnya. (bal)

Pohon Cemcem Tumbang,Sembilan "Pelinggih" HancurTabanan (Bali Post)

07.17, Posted by simple, No Comment


Angin kencang yang melanda Tabanan dalam beberapa hari belakangan, menimbulkan rasa waswas bagi penduduk. Angin kencang Minggu (8/2) siang kemarin menyebabkan tumbangnya pohon Cemcem atau Cenggu di Pura Taman Sari, Banjar Dencarik, Subamia, Tabanan. Akibatnya, sembilan pelinggih di pura itu luluh lantah.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, tetapi kerugian yang ditimbulkan tidak kecil. Pohon Cemcem itu tumbang sekitar pukul 12.00 wita akibat angin yang berhembus sangat kencang di Banjar Dencarik yang dekat persawahan itu. Salah satu warga Ni Wayan Erawati (27) yang rumahnya hanya berjarak sekitar 5 meter dari pura itu melihat langsung kejadian itu. Ia mendengar suara keras dari pohon tumbang yang berada di samping kiri pelinggih Beji Pura Taman Sari.

Pohon setinggi 10 meter tersebut tumbang menghancurkan sembilan pelinggih yang terdapat di Pura Taman Sari. Suaranya terdengar hingga radius 150 meter. Walau sejumlah pura hancur, pelinggih Beji yang posisinya berada di samping batang pohon tidak mengalami kerusakan. Tumbangnya pohon itu malah menghancurkan pelinggih di dalam pura.

Masyarakat sekitar langsung berdatangan ke lokasi. Sebuah mesin pemotong kayu dipergunakan untuk memindahkan pohon tersebut dan warga bergotong royong melakukan pembersihan. Pemaksan Banjar Dencarik I Wayan Suarja yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan, bangunan yang hancur antara lain pelinggih Gedong Simpen yang atapnya terbuat dari ijuk, pelinggih Simpangan Jati Luwih, pelinggih Sarin Loji, pelinggih Jero Nyoman, pelinggih Simpangan Bongli, pelinggih Simpangan Dalem Kebon Tingguh, sebuah Bale Linggih yang terdapat di tengah kawasan pura Luhur Taman Sari dan kerusakan kecil pada pelinggih Pura Beji. Selain itu, tembok penyengker pura yang di-sungsung Banjar Dencarik dan Banjar Ambal-Ambal itu juga hancur tertimpa dahan pohon yang besar.

Perbekel desa setempat I Wayan Sudiana mengaku belum bisa memperkirakan, berapa jumlah kerugian akibat musibah itu. Selain pohon yang tumbang itu, di timur lokasi pura juga terdapat banyak pohon besar yang dinilai cukup membahayakan bangunan pura. Ia mengaku akan meminta persetujuan masyarakat untuk menebang sejumlah pohon itu. (kmb14)

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10904

Ombak Mengganas di Buleleng

16.38, Posted by simple, No Comment


Puluhan Rumah Hancur, Sawah Terendam Air Laut
Singaraja (Bali Post) -
Ombak besar yang terjadi sejak Kamis (5/2) sore hingga Sabtu (7/2) kemarin di perairan Buleleng, makin ganas. Puluhan rumah warga di tepi pantai Desa Bungkulan Kecamatan Sawan dan di sejumlah desa di Kecamatan Buleleng serta Kecamatan Seririt, Sabtu kemarin, dilaporkan rusak parah.

Air laut yang meluap ke daratan juga membuat ratusan hektar sawah di tepi pantai terendam dan diperkirakan akan mengalami gagal panen. Puluhan pohon kelapa juga hanyut terseret gelombang pasang. Meski belum ada laporan korban jiwa, namun warga yang kehilangan tempat tinggal harus mengungsi ke rumah saudara mereka yang berada di desa yang jauh dari pantai.

Informasi yang dikumpulkan kemarin, menyebutkan ombak besar yang diperkirakan mencapai ketinggian hingga lima meter itu menimbulkan kerusakan paling parah di Desa Bungkulan. Tercatat empat dusun di desa itu porak poranda diterjang ombak yakni Dusun Badung, Dusun Seme, Dusun Kubu Kelod, dan Dusun Dauh Munduk. Di empat dusun itu sedikitnya 59 rumah warga yang permanen maupun semipermanen mengalami keruskan.

Putu Sumerta, salah seorang petani di Bungkulan, mengaku mengalami kerugian jutaan rupiah. Semua lahan persawahannya yang luasnya 20 are itu terendam air laut. Sebagian lahan yang berisi sayur mayur tampak layu bahkan sudah ada yang mati. 'Tidak bisa ngomong sekarang, tak bisa berbuat apa-apa, ombaknya sangat besar,' katanya.

Perbekel Desa Bungkulan, Ketut Kusuma Ardana, mengatakan bencana yang menimpa warganya awal tahun 2009 ini lebih parah dibandingkan bencana serupa yang terjadi setahun lalu. Setahun lalu, warga masih bisa menyelamatkan barang-barangnya dan rumah yang rusak tidak terlalu parah. Namun sejak kamis lalu, gelombang tingga mencapai lima meter telah membuat puluhan rumah warga hancur. 'Bahkan, peralatan para nelayan hilang dan hanyut ke tengah laut. Selain terendam air laut, banyak lahan sawah yang hilang karena abrasi,' katanya.

Di wilayah Kecamatan Buleleng, ombak besar terus menerjang permukiman warga di tepi pantai Desa Pemaron, Desa Anturan, dan Desa Kalibukbuk. Hingga Sabtu kemarin, jumlah rumah nelayan di Kalibukbuk yang mengalami kerusakan dari tingkat sedang hingga parah sudah mencapai lebih dari sepuluh rumah yang dihuni oleh sekitar 14 KK. Di Kecamatan Seririt, ombak besar menerjang rumah warga nelayan di Desa Pengastulan dan Lokapaksa yang juga mengakibatkan puluhan rumah mengalami kerusakan. (kmb15

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10893

Saat Malam "Pengerupukan"

16.49, Posted by simple, No Comment


"Ogoh-ogoh" akan Ditiadakan
Gianyar (Bali Post) -
Pawai ogoh-ogoh pada saat malam pengerupukan tahun ini akan ditiadakan di Gianyar. Dengan pertimbangan, pada hari tersebut merupakan masa pelaksanaan kampanye yang diselenggarakan KPU dalam rangka pemilihan umum (pemilu) mendatang. Demikian disampaikan Ketua Majelis Madya Desa Pakrman (MMDP) Gianya,r A.A. Alit Asmara, beberapa waktu lalu.

Pantauan di beberapa wilayah, menjelang perayaan Nyepi sudah mulai nampak kegiatan pembuatan ogoh-ogoh untuk diarak pada malam pengerupukan. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok warga ini merupakan kebiasaan yang dilakukan tiap tahun menjelang Nyepi. Soal waktu pawai bersamaan dengan masa kampanye sehingga aktivitas pawai ogoh-ogoh akan ditiadakan, belum ada pemberitahuan resmi kepada setiap desa.

Sementara pertimbangan MMDP meniadakan ogoh-ogoh, katanya, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada hari pengerupukan. Ini juga sebagai salah satu hasil koordinasi dengan pihak KPU dalam menjalankan dharmaning negara dan dharmaning agama. Bahkan dalam rapat koordinasi yang dipimpin Asisten I, A.A. Muter, Rabu lalu, juga sempat menyinggung masalah ogoh-ogoh di Gianyar pada malam pengerupukan. Pertimbangan majelis yang akan meniadakan ogoh-ogoh pada hari itu akan disampaikan kembali pada bendesa se-Kabupaten Gianyar dalam pertemuan di Pura Samuantiga, Bedulu, Blahbatuh, 13 Februari mendatang.

Menurut Asmara, kehadiran ogoh-ogoh pada malam pengerupukan bukan wajib hukumnya. Dalam sastra, tidak ada yang mengatur di malam pengerupukan diharuskan ada ogoh-ogoh. Kegiatan tersebut merupakan kreativitas seni yang dilakukan oleh masyarakat. Mengingat tahun ini kegiatan tersebut bersamaan dengan masa kampanye yang dilakukan oleh partai politik dan para caleg, tidak menutup kemungkinan rentan akan gejolak. Peniadaan ogoh-ogoh tahun ini menjadi salah satu upaya mengatasi gangguan kamtibas dalam perayaan Nyepi 2009.

Namun, jika suatu desa mempunyai tradisi yang sama sekali tidak bisa meniadakan ogoh-ogoh, maka dalam hal ini desa pakraman bersangkutan yang bertanggung jawab. "Akan tetapi, jika sama sekali tidak ada konteks tersebut dan pawai ogoh-ogoh hanya untuk sekadar menampung kreativitas seni, maka bendesa di wilayah itu akan dibebankan tanggung jawab keamanan dalam kegiatan itu," katanya. (kmb16)

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10848

Lagi, Longsor di Buleleng

16.40, Posted by simple, No Comment


'Sanggah' dan Rumah Rusak
Singaraja (Bali Post) -
Kabupaten Buleleng sepertinya tak henti-henti dirundung bencana. Setelah dua bukit di Tejakula longsor, Jumat (6/2) kemarin terjadi lagi bencana longsor di tiga tempat yang berbeda. Selain longsor, pada saat bersamaan ombak besar melanda perairan Buleleng, sehingga mengakibatkan tiga rumah nelayan di Desa Kalibukbuk rusak.

Bencana longsor terjadi di Jalan Raya Singaraja-Denpasar, tepatnya di Dusun Wirabuana Desa Gitgit Kecamatan Sukasada. Longsor juga terjadi di Desa Pakisan Kecamatan Kubutambahan, dan di Desa Unggahan Kecamatan Seririt. Longsor di Gitgit terjadi ketika hujan lebat melanda daerah itu sejak Kamis (5/2) sore hingga Jumat pagi kemarin. Saat itu pekarangan rumah Nyoman Gampil, warga Gitgit, tergerus ke tengah jalan dan sempat membuat arus lalu lintas Singaraja-Denpasar macet total selama sekitar dua jam.

Longsor di Desa Pakisan menyebabkan sebuah bangunan sanggah kemulan milik Gede Sweker tergerus ke jurang. Di Unggahan, longsor menyebabkan sejumlah bangunan milik Putu Sudiarka, seperti rumah, dapur, kamar mandi dan kandang babi, mengalami rusak parah.

Sementara itu di perairan ombak besar yang terjadi mulai Kamis hingga Jumat kemarin menerjang rumah-rumah nelayan yang berada di tepi pantai. Data sementara menyebutkan, tiga rumah semipermanen di Banjar Dinas Celuk Buluh, Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng, rusak setelah diterjang ombak besar. Sementara puluhan nelayan di daerah ini mengungsi ke tempat yang aman. 'Ombaknya kira-kira lima meter menerjang tanggul dan air laut masuk ke rumah kami,' kata Komang Budi (35), warga di Celuk Buluh, yang rumahnya rusak diterjang ombak.

Dua warga nelayan lain yang rumahnya rusak diterjang ombak adalah Ketut Artana (39) dan Wayan Suartawa (31). Terjangan ombak yang masuk ke daratan itu membuat rumah dan alat-alat penangkap ikan mereka rusak parah. Artana dan Suartawa mengaku pada saat ombak besar setahun lalu, rumah mereka sebenarnya sudah rusak diterjang ombak. Namun rumah itu sudah sempat diperbaiki. Saat terjadi ombak besar kemarin rumah yang baru diperbaiki itu kembali rusak. Hingga Jumat sore kemarin angin kencang dan ombak besar masih terjadi di sepanjang perairan Buleleng. (kmb15)

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10827

Soal Vila di Jalur Hijau

17.09, Posted by simple, No Comment


Eksekutif-Legislatif Silang Pendapat
Terjadi Silang pendapat antara eksekutif dan legislatif Badung tentang kawasan jalur hijau. Kepala Dinas Cipta Karya (DCK) I Ketut Suwandi membantah bangunan vila di Banjar Jempinis, Pererenan seperti dalam surat Masyarakat Peduli Lingkungan tersebut berada dalam kawasan jalur hijau. Namun, Sekretaris Komisi A DPRD Badung justru makin ngotot dan menyebut eksekutif Badung main-main dengan aturan.


SUWANDI, Kamis (5/2) kemarin, menjelaskan vila tanpa nama di Jempinis berdiri di daerah lahan basah atau tegalan dan bukan jalur hijau. Awalnya bangunan itu kecil dan digunakan untuk tempat meditasi serta dibangun sebelum tahun 2007 tanpa ada IMB. DCK sempat memberikan teguran sebanyak dua kali.

Lantas keluar Perbup Badung No. 22 Tahun 2007, yang mengatur pemutihan izin vila. Bangunan ini pun akhirnya memperoleh IMB yakni Nomor 1359 tahun 2007. Tetapi lama-kelamaan tempat meditasi ini makin meluas dan dibangun dengan perubahan fungsi menjadi vila. Pemilik lantas mengajukan perubahan IMB menjadi izin vila. 'Izin itu yang hingga kini masih dalam proses,' kata Suwandi.

Mendengar alasan ini, Suweca justru bertambah ngotot. Suweca yang sempat mengecek langsung ke lokasi, menyatakan vila dimaksud jelas-jelas berada di kawasan jalur hijau, bukan lahan basah seperti yang dikatakan Suwandi. Katanya, yang dapat pemutihan izin sesuai perbup hanyalah vila yang berada di lahan basah. Jadi vila tersebut sebenarnya telah melakukan penyerobotan jalur hijau. 'Intinya Perda No. 3 Tahun 2005 harus ditegakkan. Kalau mau tegakkan, ayo tegakkan. Kalau mau melanggar ayo melanggar ramai-ramai,' ujarnya.

Menindaklanjuti hal ini, Suweca mengaku akan melakukan pemanggilan terhadap DCK dan Satpol PP Badung guna meminta penjelasan. 'Saya sudah membuat suratnya. Pokoknya segera akan kami panggil,' katanya.

Sementara itu dari pantauan di lokasi vila, sedikitnya terdapat lima vila lagi di sekitar kawasan yang sama. Dari penuturan sumber, vila dengan IMB 1359 tahun 2007 itu diketahui milik orang Prancis. Perluasan vila masih dalam pengerjaan. Sejumlah pekerja masih tampak sibuk membuat gapura. Beberapa unit bangunan lain juga masih belum selesai dikerjakan.

Dari sumber itu juga diketahui, fasilitas vila dengan luas 50 are ini terbilang lengkap. Dari restoran hingga kolam renang. Keberadaan vila ini persis di pinggir sungai dan lahan persawahan. Sementara lahan itu sendiri disewa pemilik vila selama 25 tahun.

Yang mengejutkan, sumber juga menyebutkan, jalan setapak menuju kawasan vila dan lahan persawahan masih menjadi perseteruan hingga kini. Vila itu dianggap tidak memberikan kontribusi apa pun kepada desa setempat dan seenaknya membangun jalan pribadi. 'Makanya nama jalan masuk ke sini disebut Jalan Nganggoang Kita (Jalan Seenaknya Sendiri - red),' ujarnya. (ded)

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=10&id=10818

Kasus Asusila Marak, Pejabat DiamTabanan (Bali Post)

10.24, Posted by simple, No Comment


Kasus asusila yang menimpa remaja dan anak-anak di Tabanan belakangan marak. Persetubuhan yang dilakukan kakek dan ayah terhadap dua anak kandung di Meliling, sejumlah kasus persetubuhan terhadap anak SMP dan SMA, hamil di luar nikah hingga kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), belakangan marak terjadi. Belum lagi aksi bolos sekolah pelajar untuk berkencan pada jam sekolah semakin menggila. Tetapi hingga saat ini belum ada penanganan yang berarti, pejabat terkait di Tabanan pun hanya diam.

Keprihatinan terhadap berbagai kasus yang menimpa siswa datang dari Ketua Komisi IV DPRD Tabanan, I Wayan Gunadi. Karena perbuatan Ri dilakukan saat jam sekolah, para guru dan kepala sekolah diminta memperhatikan betul-betul keberadaan siswanya. Demikian pula orang tua agar memantau dan meningkatkan komunikasi untuk menghindarkan kerapuhan mental dan moral. "Kasus tersebut telah mencoreng dunia pendidikan, kami minta Dinas Pendidikan segera bertindak," ujarnya di Tabanan, Senin (2/2) kemarin.

Kepala Dinas Pendidikan Tabanan I Wayan Adnyana mengakui peran guru BP yang belum maksimal menangani berbagai persoalan siswa. Selain itu, jumlah guru BP, guru Agama Hindu, guru Pendidikan Budi Pekerti, guru kesenian hingga guru bahasa daerah di Tabanan sangat kurang. "Untuk mengantisipasi berbagai kasus, dalam waktu dekat kami akan mengumpulkan seluruh kepala sekolah," janjinya.

Kepala Kantor KB dan Pemberdayaan Perempuan Drs. I Nengah Sumerta, Senin kemarin, tidak bersedia memberikan banyak komentar terkait maraknya kasus yang berkaitan dengan anak dan perempuan itu. Hanya dikatakannya, sedang ada pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A), tetapi belum di-SK-kan. Ketika ditanya kapan lembaga itu resmi terbentuk dan bekerja, Sumerta yang didampingi Sri Malini, Kasi Pemberdayaan Perempuan, belum bisa memberi kepastian. Pemberdayaan Perempuan selama ini baru menyelenggarakan kegiatan Gerakan Sayang Ibu, belum menyentuh berbagai kasus baik persetubuhan terhadap anak dan remaja, tidak bertanggung jawab telah menghamili gadis (lokika sangraha) maupun KDRT.

Tertangkapnya I Putu Adi Suadnyana alias Robi alias Tingting (22), warga Banjar Grogak Tengah, Desa Delod Peken Tabanan beberapa waktu lalu, semakin menyingkap maraknya kasus amoral di Tabanan. Di hadapan petugas, Tingting mengaku telah menyetubuhi sekurangnya delapan anak SMP dan SMA untuk mengejar kepuasan. Ia tersangkut dua kasus, yakni laporan dari orang tua Ri (15) karena menyetubuhi Ri pada sebuah kamar kos di Jalan Diponegoro Kamasan. Ri mengaku bolos dari sekolah untuk bertemu tersangka dan melakukan adegan layak sensor.

Kasus sebelumnya, laporan IGA MS (14), seorang pelajar SMP di Tabanan telah hamil tujuh bulan, yang digarapnya di gudang Toko Kawan Pasar Tabanan. Tingting tanpa penyesalan mengaku telah menggarap puluhan ABG lainnya. Dengan demikian, ada dugaan kasus yang sebenarnya jauh lebih banyak dari yang ditangani pihak kepolisian. (kmb14)

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10671

Bikin Tegang Warga Lebih

21.24, Posted by simple, No Comment


Remaja Pacaran dengan Siswa Kelas Lima SD
Gianyar (Bali Post) -
Warga Banjar Lebih Kelod, Desa Lebih, Gianyar, Sabtu (31/1) lalu sekitar pukul 23.00 Wita sempat dibuat tegang dengan kahadiran seseorang yang mencurigakan di sekitar areal Pura Segara, Desa Lebih. Ketegangan ini dikarenakan masyarakat setempat trauma dengan dua kasus pencurian pretima yang pernah terjadi di daerah tersebut. Namun ternyata, yang dicurigai tersebut orang yang sedang pacaran secara sembunyi-sembunyi.

Ialah Wayan Suk (20) asal Banjar Siyut, Telikup, Gianyar dengan T (15) yang masih duduk di kelas 5 SD sedang memadu kasih di tempat tersebut. Berdasarkan informasi yang dihimpun Minggu (1/2) kemarin, kedua orang tersebut sempat memasuki pekarangan rumah milik Dewa Oka, yang bersebelahan dengan Pura Segara. Kedua pasangan tersebut sempat bercengkrama di belakang WC rumah Dewa Oka. Mendengar ada suara obrolan, Oka mendekati sumber suara tersebut dan menemukan dua orang yang lagi pacaran itu.

Mereka sempat ditanya sedang apa, namun tidak dijawab. Karena masih trauma dengan kejadian pencurian pretima, kedua orang tersebut kembali disambangi dan ditanya asalnya, si lelaki (Suk) mengaku dari Ubud, lalu pergi dan masuk ke areal Pura. Karena ketakutan, mereka akhirnya pergi.

Entah dari mana, informasi tersebut menyebar ke warga. Dalam waktu sekejap, warga Lebih Kelod sudah banyak yang keluar rumah sehingga membuat suasana tegang. Terlebih lagi, ada warga yang menemukan sepeda motor DK 6176 BL di tengah semak-semak dalam kondisi terbaring dan dikunci. Ini menambah kecurigaan warga, bahwa orang yang sempat masuk pura tersebut adalah pencuri.

Beruntung, polisi cepat bertindak mengamankan sepeda motor tersebut dari massa yang sudah terlihat emosi. Bersamaan dengan itu, warga Lebih I Made Lasia yang merupakan paman dari Suk datang untuk mengambil motor yang ditemukan warga tersebut. Rupanya, Suk setelah dari Pura Segara itu pergi ke rumah pamannya. Karena takut, kepada pamannya ia mengaku bahwa motornya kehabisan bensin sehingga pamannya datang mengambil motor yang telah diamankan Polisi.

Seizin Kapolres, Kapolsek Gianyar AKP Nyoman Suarnata menjelaskan, ketegangan warga ini dikarenakan adanya orang yang tak dikenal sebelumnya masuk pekarangan rumah dan pura pada malam hari. Hal ini membuat warga yang trauma atas kasus pencurian pretima yang pernah terjadi selama ini curiga. Namun setelah dijelaskan persoalannya, suasana kembali normal. (kmb16)

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10651

Mitos Kala Rau

16.31, Posted by simple, No Comment



Kala Rau merupakan perwujudan setan dalam mitologi Bali. Setan ini hanya terbentuk dari sebuah kepala tanpa badan. Pada suatu ketika ia hendak minum air dari Tirta Amertha atau air kehidupan abadi, walau sesungguhnya air ini hanya diperuntukkan bagi para dewa-dewi. Dewi Ratih yang mengetahui hal itu memberitahukannya kepada Dewa Wisnu, yang kemudian melemparkan Cakranya dan memenggal kepala setan itu. Tetapi pada waktu itu juga kepala hingga di bagian leher telah menyentuh Tirta Amertha, sehingga dapat hidup abadi. Kepala itu kemudian hendak membalas dendam kepada Dewi Ratih dan mengejarnya di Kahyangan. Terkadang Dewi Ratih tertangkap dan menurut mitos ini terjadilah Gerhana Bulan.

http://pasektangkas.blogspot.com/

Pura Ulun Danu Buyan Diabaikan

18.19, Posted by simple, No Comment

Pura Ulun Danu Buyan Diabaikan

NASIB Pura Ulun Danu Buyan memang tak sebagus nasib pura ulun danu lain di Bali. Sepanjang sejarah ternyata pura itu tak pernah selesai diperbaiki, bahkan dalam rentang waktu beberapa tahun pura itu sempat tak memiliki pangempon secara resmi dan tak terurus dengan baik. Kondisi itu diperparah dengan sikap pemerintah yang seperti mengabaikan keberadaan pura tersebut, padahal pura itu diyakini sebagai pelindung sumber amerta Danau Buyan.

Untungnya, sejak tiga tahun belakangan ini krama Sad Desa, yakni Desa Pakraman Pancasari, Amertasari, Gitgit, Padangbulia, Pumahan dan Wanagiri mulai jengah. Krama Sad Desa yang menjadi pangempon pangarep Pura Ulun Danu Buyan itu mulai menggalang dana untuk membangun pura agar bagus atau setidaknya bisa menyamai pura khayangan jagat lain di Bali.

Rasa jengah itu muncul ketika air Danau Buyan surut ratusan meter dari tepi danau. Selain disebabkan faktor secara sekala, para prajuru pangempon pura tersebut meyakini bahwa surutnya air danau itu juga disebabkan oleh faktor niskala. Antara lain kondisi pura yang sepertinya tak mendapat perhatian serius. Bangunan palinggih-nya tak lengkap. Bahkan, terdapat dua palinggih, yakni surya dan taksu tempatnya tertukar. Tertukarnya tepat dua palinggih itu terjadi ketika diadakan pemugaran oleh pemerintah daerah pada zaman orde baru dulu. Saat itu pemugaran sepenuhnya dilakukan pemerintah.

Untuk itu, prajuru pangempon kemudian melakukan berbagai pertemuan, selain untuk membangun kembali dua palinggih yang tertukar, mereka juga berkeinginan untuk membangun sejumlah palinggih dan bangunan yang belum ada di areal pura tersebut. Bangunan yang belum ada hingga sekarang adalah Palinggih Gedong Manik Galih, Bale Pedatengan, Bale Panjang dan Bale Gong. Bale Pangaruman memang sudah ada, namun kini kondisinya rusak berat.

Yang baru bisa dilakukan adalah membangun dua palinggih yang tertukar, yakni surya dan taksu. Kini bangunan tersebut sudah selesai, namun belum di-pelaspas. Pembangunan dua palinggih itu menghabiskan dana Rp 48,5 juta. Dana itu diperoleh dari urunan dari Sad Desa masing-masing sebesar Rp 500 ribu dan urunan subak di wilayah Sukasada dan Buleleng masing-masing Rp 500.000. Bantuan lainnya dari Yayasan BOA Rp 10 juta dan Pemprov Bali Rp 30 juta. Sama sekali tak ada bantuan dari Pemkab Buleleng, meski pangempon sempat mengajukan proposal.

Selain melakukan pelestarian danau secara niskala, pangempon pura ternyata melakukan kegiatan secara sekala, misalnya melakukan penanaman pohon di pinggir danau serta melakukan pengerukan untuk membuat sowan di pinggir danau. 'Itu semua dilakukan secara swadaya agar air danau bisa pulih kembali,' kata Wakil Klian Pangempon Pura, Ritama.

Mata Air

Pada saat melakukan pengerukan tepi danau dengan menggunakan alat berat itulah tiba-tiba muncul belasan mata air di tepi danau. Awalnya, para pangempon ingin menciptakan sowan di tepi danau. Karena dulu di tepi danau itu memang terdapat sejumlah sowan, seperti sowan besi, sowan perak dan sowan emas, yang dipercaya sebagai sowan suci. Ketika dilakukan pengerukan ternyata alat berat yang digunakan untuk mengeruk pinggir danau itu terbenam dan tak bisa digerakkan. Di areal alat berat yang terbenam itu kemudian muncul sejumlah mata air yang hingga kini airnya masih mengalir.

Ternyata munculnya mata air tersebut tak mendapat respons dari pemerintah. Mungkin munculnya mata air tersebut dianggap sebagai peristiwa biasa yang memang seharusnya terjadi. Namun bagi pangempon pura dan sejumlah warga di sekitar pura meyakini bahwa munculnya mata air tersebut merupakan paica dari Ida Sang Hyang Widhi yang harus disyukuri. 'Karena itulah kami melakukan upacara mendak tirta di areal munculnya mata air tersebut,' katanya.

Biaya yang dihabiskan untuk upacara mendak tirta tersebut sekitar Rp 16 juta. Semuanya sumbangan masyarakat, sama sekali tak ada dana dari Pemkab Buleleng. Selain melakukan upacara mendak tirta, pangempon juga berencana membangun palinggih di areal munculnya mata air tersebut yang akan difungsikan secara spiritual sebagai palinggih pasimpangan Dewi Danu dan sebagai pura beji. Namun rencana itu belum terwujud karena tak ada biaya.

Selama ini, Ritama mengakui setiap kegiatan di Pura Ulun Danu selalu dilakukan secara swadaya. Pada saat pujawali, misalnya, Pemkab Buleleng memang memberi bantuan sebesar Rp 3 juta. Namun dana yang dihabiskan bisa mencapai Rp 40 juta hingga Rp 50 juta. Dana itu ditutupi dengan iuran dari Sad Desa, desa dinas se-Kecamatan Sukasada dan subak yang jumlahnya sekitar 120 subak yang ada di Sukasada dan Buleleng. 'Saat pujawali desa adat masing-masig mengeluarkan iuran Rp 500.000, masing-masing desa dinas dan subak mengeluarkan iuran Rp 250.000. Tetapi tidak semuanya membayar, dan pangempon tak bisa memaksa,' ujarnya.

Bangun Taman

Ritama menyatakan pihaknya menolak investor yang hendak membangun akomodasi, hiburan dan pariwisata di tengah danau sebagaimana direncanakan PT Anantara. Meskipun, misalnya investor memberi kontribusi yang besar kepada Pura Ulun Danu Buyan. Selain dinilai membuat kesucian danau jadi tercemar, nantinya danau tersebut bisa saja akan dikuasai oleh investor secara arogan. 'Kita sebagai krama bisa saja masuk ke areal danau dengan membayar karcis yang harganya mahal,' katanya.

Untuk itu, Ritama mengusulkan dilakukan penghijauan di tepi danau dengan menanam pohon-pohon perindang yang asri. Selain penghijauan di sekitar danau bisa dibangun taman-taman sederhana sebagai tempat rekreasi keluarga. 'Pengelolaan taman itu bisa diserahkan kepada pangempon pura, misalnya pangempon diberikan pembagian dana yang dipungut dari karcis masuk ke areal taman. Meski kontribusi yang diperoleh sedikit, namun kawasan danau tetap terpelihara baik,' katanya.

Dihubungi terpisah, Ketua PHDI Bali IGN Sudiana meminta Pemprov Bali maupun Pemkab Buleleng mengalokasikan dana segar setiap tahunnya untuk membantu aci piodalan di Pura-pura strategis seperti Pura Ulun Danu Buyan. Apalagi, pura itu sudah nyata-nyata merupakan pura sungsungan jagat sehingga tanggung jawab itu sudah sewajarnya diambil alih oleh pemerintah daerah.

'Tentu sangat memberatkan jika tanggung jawab itu sepenuhnya dibebankan kepada krama pangempon yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Kalau memang benar pemerintah daerah belum membantu pembiayaan aci piodalan di Pura Ulun Danu Buyan, saya berharap pemerintah daerah segera merancang anggaran biaya itu,' katanya penuh harap. (ole/ian)


http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10543

Tersedot Gaji Pegawai

19.45, Posted by simple, No Comment


APBD Klungkung Defisit Rp 58,863 Miliar
Semarapura (Bali Post)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Klungkung tahun 2009 mengalami defisit Rp 58,863 miliar. Pendapatan diperkirakan Rp 415,715 miliar, sedangkan belanja diperkirakan mencapai Rp 474,579 miliar. Sebagian besar anggaran belanja tersedot untuk membayar gaji pegawai yang jumlahnya terus meningkat. Apalagi, tahun 2009 dirancang kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS) 15 persen dari tahun sebelumnya.

Hal itu tertuang dalam draf ringkasan Rancangan APBD (RAPBD) Klungkung tahun 2009. Sumber-sumber pendapatan untuk APBD 2009 berasal dari tiga alokasi anggaran yakni Pendapatan Asli Daerah (PAD) diantaranya hasil pajak daerah, retribusi, pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain PAD yang sah Rp 23,695 miliar. Dana Perimbangan (bagi hasil pajak/bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus) Rp 349,283 miliar dan lain-lain pendapatan daerah yang sah (bagi hasil pajak provinsi dan lain, bantuan keuangan provinsi dan pemda lain) Rp 42,736 miliar.

Sedangkan untuk belanja, yang tak langsung (diantaranya pembayaran gaji pegawai yang meningkat seiring kenaikan 15 persen gaji PNS) Rp 289,579 miliar dan belanja tak langsung Rp 184,604 miliar. Belanja langsung, salah satunya belanja modal (biaya pembangunan fisik) hanya mendapat jatah anggaran Rp 82,703 miliar. Defisit yang terjadi dirancang akan dibayarkan dengan menggunakan sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun anggaran sebelumnya Rp 60,863 miliar dipotong Rp 2 miliar untuk penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah.

Kepala Bagian Keuangan Klungkung Putu Gede Winastra, Kamis (29/1) kemarin mengungkapkan, penyusunan RAPBD dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai indikator pembangunan di Kabupaten Klungkung. Diakui, penyusunan draf RAPBD Klungkung terlambat. Salah satunya disebabkan oleh harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan Perda Kelembagaan yang baru. Masalahnya, anggaran disusun oleh unit kerja lama yang diperuntukkan bagi unit kerja baru (sesuai kelembagaan baru). "Secara teknis ada sedikit hambatan," sebutnya.

Terkait APBD Klungkung tahun 2009, secara keseluruhan terjadi peningkatan-peningkatan dari tahun 2008. PAD, tahun 2008 dirancang Rp 20,73 miliar (realisasi Rp 24 miliar), tahun 2009 dirancang Rp 23,695 miliar. Total pendapatan 2008 Rp 393,209 miliar, tahun 2009 Rp 415,715 miliar.

Menariknya, di saat daerah lain berlomba-lomba menaikkan bantuan sosial (bansos) apalagi menjelang perhelatan akbar demokrasi (Pemilu, April 2009), rancangan bansos di Kabupaten Klungkung tahun ini justeru menurun. APBD Induk tahun 2008, Klungkung memplot bansos Rp 7,44 miliar, belum lagi bansos di APBD perubahan. Tahun 2009, hanya Rp 6,918 miliar.

Ditanya mengenai hal itu, Winastra megaku tak tahu pasti. Untuk rancangan sementara, diperkirakan (kebutuhan dana bansos, red) memang sebesar itu. "Kalau kurang kan bisa dianggarkan pada APBD Perubahan," ujarnya. (kmb20)
http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10508

PT Anantara Siap Mundur dari Buyan

11.00, Posted by simple, No Comment


Jika Penolakan Krama Bali Sangat Kuat
KUATNYA penolakan komponen masyarakat Bali terhadap eksploitasi di Danau Buyan membuat PT Anantara kembali pikir-pikir. Tetapi kalau penolakannya sangat kuat, mereka tidak memasalahkan untuk tidak menanam modal di kawasan tersebut.

Dari perbincangan dengan Komisaris PT Anantara Lilia Sukotjo, Kamis (29/1) kemarin, terungkap bahwa pihak manajemen PT Anantara masih pikir-pikir apakah melanjutkan rencana pengembangan kawasan tersebut atau membatalkan niatnya untuk mengurus perizinan ke Menteri Kehutanan untuk mengelola hutan sekitar 600 hektar. 'Kami masih pikir-pikir. Persoalan ini masih dibicarakan di internal,' katanya melalui telepon.

Lilia mengakui tidak menyangka wacana pengelolaan kawasan Danau Buyan menyentuh pada hal-hal yang sangat sensitif. Karena itu pihaknya tak mau berbicara dulu kepada publik seputar respons penolakan masyarakat Bali seputar rencana pengembangan kawasan Danau Buyan. 'Tolong beri kami waktu untuk membicarakan masalah ini di dalam dulu,' katanya.

Apakah penolakan komponen masyarakat Bali yang sangat kuat atas rencana pengembangan Danau Buyan akan menjadi pertimbangan? 'Okelah kalau penolakannya sangat kuat, kami tidak apa-apa tidak berada di situ,' katanya.

Namun pertanyaannya, siapa yang bertanggung jawab memperbaiki kehidupan masyarakat petani selanjutnya? 'Terus terang pertanyaan ini sangat mengganggu benak kami,' kata Lilia. Sebab, dari obrolan dengan para petani strawbery di Pancasari, mereka mengharapkan bantuan investor untuk mengangkat kehidupan ekonominya melalui pertanian organik. Ini kan sebuah persoalan yang mesti dipecahkan. (029)

'Workshop'' HaKI di Gedung Pers Bali

19.35, Posted by simple, No Comment

'
Perlu Perda Lindungi Perajin
Denpasar (Bali Post) -
Untuk meniadakan tuntutan hukum pada perajin Bali dan menghindarkan desain tradisional Bali dipatenkan pihak asing, maka DPRD bersama Pemprov Bali harus berinisiatif membuat perda yang melindungi desain-desain yang sudah menjadi milik masyarakat Bali. Demikian terungkap dalam acara workshop yang digagas Departemen Luar Negeri bekerja sama dengan Kelompok Media Bali Post, Rabu (28/1) malam kemarin. Workshop tentang hak cipta yang diikuti puluhan perajin perak dan pengurus asosiasi tersebut berlangsung di Gedung Pers Bali Ketut Nadha.

Perlunya perda tersebut disampaikan Direktur Kerja Sama dan Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Departemen Hukum dan HAM Ansori Sinungan. Sebelumnya, Pimpinan Kelompok Media Bali Post Satria Naradha juga menegaskan hal serupa. Kata Satria, kehadiran jajaran Deplu dan segenap timnya diharapkan turut memberikan sumbang pikiran untuk perajin di Bali, sehingga perajin-perajin Bali dan Indonesia umumnya bisa bangkit dalam persaingan global. ''Pers memang berusaha untuk turut memberikan mediasi terhadap permasalahan tersebut. Tentunya, ada langkah-langkah strategis yang mesti diambil para perajin maupun pemerintah khususnya Departemen Luar Negeri, sehingga di kemudian hari produk unggulan ini bisa menembus pasar luar negeri,'' ujarnya.

Sementara itu, Ansori Sinungan menegaskan, sekitar 70 persen produk ekspor Indonesia khususnya produk kerajinan tidak dilindungi Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Ironisnya lagi, tidak sedikit dari produk-produk karya anak bangsa itu sudah lebih dulu didaftarkan atau dipatenkan oleh pihak luar, sehingga pemasaran produk-produk itu di negara tujuan praktis terhambat.

Menurut Ansori Sinungan, tingkat kesadaran perajin atau kalangan usaha kecil menegah (UKM) di Indonesia mendaftarkan karya-karya kreatifnya relatif rendah. Sebagai contoh, hanya lima persen dari mereka yang tergerak mendaftarkan desain industri mereka ke Departemen Hukum dan HAM. Padahal, pendaftaran desain industri itu merupakan hal yang mutlak guna melindungi produksi mereka dari risiko pengklaiman oleh pihak luar.

Sementara itu, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Departemen Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam kata sambutannya mengatakan, hak paten menjadi salah satu penyebab timbulnya hambatan di dalam ekspor perdagangan produk budaya kreatif dari kalangan perajin Indonesia di luar negeri. Munculnya kasus gugatan hukum terhadap salah seorang perajin produk budaya kreatif Bali atas tuduhan peniruan hak cipta motif kerajinan perak Bali, merupakan suatu kejadian yang sangat ironis dan patut dibahas bersama. Munculnya masalah gugatan hukum atas hak cipta kepada salah satu perajin di Indonesia itu dapat diidentifikasikan sebagai faktor yang secara tidak langsung menghambat perdagangan ekspor komoditas budaya kreatif Indonesia ke luar negeri, khususnya ke kawasan Amerika dan Eropa.

Departemen Luar Negeri sangat menyadari persoalan tersebut. Untuk itu, kata Retno LP Marsudi, perlu segera dibicarakan bersama agar dapat diperoleh jalan pemecahan yang tidak merugikan perajin itu sendiri di masa datang.

Direktur Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya Departemen Luar Negeri Damos Dumoli Agusman juga mengatakan hal serupa. Damos juga mengingatkan kepada masyarakat khususnya perajin, untuk mendaftarkan karya-karyanya, sehingga tidak terjadi permasalahan ketika dijual di pasar dunia. Untuk kepentingan itu, pemerintah siap memberikan mediasi sehingga perajin bebas dari tuntutan hukum.

Workshop itu juga menampilkan Ketua Asosiasi Perajin Perak Bali Desak Made Suarti. Senada dengan komunitas perajin yang hadir dalam workshop tersebut, Suarti mendesak pemerintah agar lebih proaktif melindungi aset-aset seni budaya bangsa dari penjarahan pihak asing. Seperti diungkapkan Mudita. Ia mengharapkan pemerintah proaktif memberikan perlindungan kepada perajin. Kalau tidak maka kreativitas para perajin akan mati suri. (ian)

Tentang Danau Buyan

09.32, Posted by simple, No Comment

Tentang Danau Buyan
Izin Keluar, PHDI akan Bertindak
RUPANYA PHDI Bali telah pernah bertemu dengan Gubernur Bali Mangku Pastika dan jajaran terkait rencana investasi di Danau Buyan. Dalam pertemuan itu, PHDI Bali secara tegas menyatakan menolak investasi di kawasan suci, termasuk Danau Buyan. 'Sikap serupa pernah pula disampaikan kepada Dewa Made Beratha (saat menjadi Gubernur Bali). Ketika itu Dewa Beratha merespons dengan menolak investasi di Danau Buyan,' kata Ketua PHDI Bali Ngurah Sudiana, semalam.

Rupanya, kata dia, PT Anantara mengeluarkan jurus baru lagi mendekati pihak eksekutif untuk meloloskan keinginannya mengembangkan investasi di Danau Buyan. Namun sikap PHDI Bali tetap sama, menolak segala bentuk investasi di kawasan suci. Sebab, sesuai agama Hindu, danau, gunung dan laut merupakan utamaning mandala Bali.

Lalu apa yang akan dilakukan apabila eksekutif melabrak bhisama dan masukan yang diberikan PHDI? Secara tegas ia menyatakan akan melakukan tindakan yang strategis demi menyelamatkan Bali. 'Kami akan melakukan langkah-langkah strategis apabila eksekutif mengeluarkan izin pengelolaan Danau Buyan,' jelasnya.

Apa langkah yang akan dilakukan, ia menyatakan belum saatnya disampaikan ke publik. Apakah itu menyangkut dengan hukum? Ia juga tak mau membuka rahasia tersebut. 'Pokoknya kami telah memiliki rencana strategis, apabila pemerintah melanggar bhisama tersebut,' jelasnya.

Sementara itu, Guru Besar IHDN Denpasar Prof. Drs. Ketut Subagiasta, D.Phil. menyatakan eksekutif sudah semestinya menghormati bhisama yang dibuat oleh sulinggih. Bahkan, seharusnya hal itu dijadikan dasar pijakan dalam mengelola Bali. Sebab, bhisama itu pelindung Bali (Hindu) dari sisi spiritual.

Bhisama kesucian pura, misalnya, lanjut Subagiasta, mutlak dijadikan dasar pijakan dalam membangun Bali. 'Mesti dipahami, napas pembangunan Bali adalah agama Hindu. Karena itu pemikiran-pemikiran mulia para sadaka (sulinggih) mesti dihormati dan dijadikan pijakan demi keharmonisan pembangunan di Bali,' ujar guru besar yang menyelesaikan program doktor di India tersebut.

Sudiana yang kandidat doktor Kajian Budaya Unud ini menegaskan, bhisama yang dilahirkan sulinggih itu sesungguhnya bertujuan untuk melindungi alam dan masyarakat Bali dari ancaman spiritual dan material. Karena itu, dalam mengambil keputusan menyangkut pemanfaatan alam Bali, guru wisesa (pemerintah) mesti melibatkan Parisada, termasuk menggunakan pemikiran mulia paruman sulinggih seperti bhisama. Jangan sampai muncul masalah, baru meminta pertimbangan Parisada. Pemanfaatan alam Bali untuk pembangunan mesti berdasarkan kajian-kajian yang matang dan mengindahkan bhisama sulinggih. Sebab, pembangunan fisik sangat riskan terhadap hal-hal yang asucih -- yakni lawan dari hal-hal yang bernuansa kesucian.

Sudiana menambahkan, Perda No.3/2005 tentang Tata Ruang Bali sesungguhnya sudah mengakomodasi bhisama kesusian pura, tetapi sosialisasinya ke masyarakat belumlah maksimal. 'Kita sesungguhnya telah memiliki perda tata ruang yang bagus, tetapi pelaksanaannya belum maksimal,' katanya. (08)

Bangkitkan Taksu Bali dan Lestarikan Budaya lewat Sanggar Seni Surya Chandra

18.10, Posted by simple, No Comment

KELEBAT teja semburat merona, ufuk timur merekah merah. Mbas sang Hyang Surya Candra menyinari jagat raya menabur rona semesta alam nan kelam tersaput malam. Purnama benderang surya chandra menembus lorong waktu menerabas relung sukma baik kilatan busur asmara Dewi Ratih, mematri lahirnya taksu seni budaya timur raya. Dari bumi hulunya Bali, pusat parahyangan stana dewata Karangasem.

Lantunan syair itu terdengar merdu mengawali peresmian sanggar multi-etnik lintas budaya Surya Chandra di Puri Gede Karangasem. Tampilan beragam seni dan budaya dari berbagai daerah oleh para seniman tersohor di Karangasem menambah acara yang berlangsung Kamis (17/7) malam lalu makin meriah.

Kegiatan yang dikemas secara apik tersebut melibatkan 200 seniman mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Suguhan tarian Surya Chandra ciptaan A.A. Ayu Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M. membuat pengunjung yang datang makin terpukau.

Sanggar Surya Chandra menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang datang ke Bali, khususnya di Karangasem. Di tempat ini, semua orang dari berbagai suku, adat, budaya dan agama bisa belajar beragam kesenian Nusantara.

Tak mengherankan, tempat ini dilengkapi sarana-prasarana kesenian seperti tabuh dan gong yang didukung pembina dan pelatih yang berasal dari berbagai unsur. Uniknya, pengunjung bisa belajar tarian Surya Chandra di sini.

A.A. Ayu Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., pembina Sanggar Surya Chandra menuturkan, berdirinya sanggar multi-etnik ini sebagai cara mewujudkan misi dan visi Puri Gede Karangasem yakni sebagai pusat inspirasi seni, budaya dan spritual.

Sanggar Surya Chandra membuka pintu selebar-lebarnya bagi semua lapisan masyarakat Karangasem, terutama pecinta seni, budaya dan spiritual baik anak-anak, remaja dan masyarakat umum untuk belajar menggali potensi seni dan budaya yang masih terpendam agar dapat dikembangkan sehingga terpelihara dengan baik.

Surya Chandra juga menjadi wadah kreativitas seni, vokal, tari, dan tabuh. "Untuk itu Puri Gede Karangasem bermaksud menampung semua seniman dalam satu wadah sanggar seni lintas budaya Surya Chandra," ujar wanita yang karib disapa Gung Tini ini.

Surya Chandra sekaligus bisa menjadi salah satu daya tarik pariwisata yang bisa menunjang kesejahteraan masyarakat Karangasem dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan. Menurut Gung Tini, tak hanya seniman yang bisa berkarya dalam seni dan budaya, seluruh lapisan masyarakat pun bisa belajar seni dan budaya guna mewarnai kesemarakan khasanah seni dan budaya. "Bukankah seni dan budaya mencerminkan tingginya martabat manusia," ucapnya.

Menurut Gung Tini sebagai Purwaning Hulu Jagat Bali, Karangasem harus mampu mempertahankan dan melestarikan budaya daerah. "Dengan hadirnya sanggar Surya Chandra, Puri Gede Karangsem akan memunculkan parbe taksu jagat Bali yang akan menjadi kekuatan spiritual dalam menjaga kelestarian dan keajekan Bali," katanya. Gung Tini menambahkan masyarakat tak perlu risau, belajar seni dan budaya di sanggar ini tak dikenakan biaya. —lik

Susunan Pengurus Sanggar Seni Surya Chandra Puri Gede Karangasem

Penasihat : A.A. Bagus Ngurah Agung, S.H., M.M.
Pembina : - Kadis Pendidikan Kabupaten Karangasem
- Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem
- A.A. Ayu Sasih
- A.A. Ayu Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M.
- A.A. Ngurah Darma Sanjaya, S.H.
- A.A. Raka Sidan
Ketua : Ida Ayu Ratih Ratna Dewi
Sekretaris : Ni Made Suradnyani
Bendahara : Mekele Kusumasari, A.A. Mas Sri Andari
Seksi Musik & Vokal : - I Gusti Bagus Bengkel
- I Kadek Budiarta
- I Komang Juniantara
- Ibu Yanik
Seksi Tabuh : I Ketut Nanda
Seksi Tari :- Dudek Suhardika
- Dewa Rupania
- Ni Made Suradnyani
Peelengkapan: I Komang Adi Swastika

I Gusti Agung Putri Astrid Kartika Perjuangkan Hak Asasi Man

18.08, Posted by simple, No Comment



WIRATIKeterlibatannya secara aktif dalam perjuangan memperbaiki nasib rakyat sejak mahasiswa lebih dari 20 tahun lalu, mendorong I Gusti Agung Putri Astrid Kartika bergabung dengan PDI Perjuangan.

Ia banyak belajar ajaran Bung Karno khususnya tentang harkat bangsa yang merdeka dan bebas dari penjajahan di segala bidang dari ayahnya I Gusti Ngurah Oka, seorang ahli sastra dan bahasa Kawi, asal Puri Kapal Kaleran, Mengwi, Badung.

Keterlibatannya dalam parpol telah dimulai sejak peristiwa 27 Juli 1996, ketika Gung Tri, begitu ia akrab disapa bersama para korban kekerasan berjuang mengungkapkan peristiwa itu dan menegakkan kebenaran dan keadilan.

Bersama Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI, ia bekerja sama memperjuangkan pengesahan UU HAM No. 39/1999 dan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT), RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, dan banyak lainnya.
Selanjutnya

Forum Ajeg Bali

17.37, Posted by simple, No Comment


Tolak Eksploitasi Danau Buyan
Amlapura (Bali Post)
Pelanggaran terhadap bhisama terus saja terjadi. Hal ini mencerminkan tidak adanya penghormatan terhadap para sulinggih yang telah menggodok bhisama tersebut. Demikian pula tidak ada penghormatan terhadap lembaga tinggi umat Hindu, PHDI, yang mengeluarkan bhisama tersebut. Oleh karena itu, agar kasus pelanggaran bhisama tidak terus-terusan terjadi, maka bhisama harus diperdakan sehingga mempunyai kekuatan legal formal. Demikian terungkap dalam diskusi yang diadakan Forum Ajeg Bali, di Ulun Kulkul, Besakih, pada malam Siwaratri (Sabtu, 24/1).

Diskusi yang dihadiri sejumlah tokoh dan lembaga yang concern dalam penyelamatan Bali ini, membahas tentang adanya rencana investor mengeksploitasi Danau Buyan. Diskusi ini juga menghadirkan dua narasumber yakni Begawan Dwija Sandi dan Pemangku Pura Goa Raja I Gusti Mangku Kabayan Manik Arjawa.

Begawan Dwija menyesalkan bhisama yang sebelumnya digodok para sulinggih seperti macan ompong. Sebab, sama sekali tidak menjadi acuan para pejabat di Bali yang notabene sebagian besar umat Hindu. Terbukti telah banyaknya bangunan yang semestinya tidak boleh ada di kawasan suci telah berdiri di kawasan tersebut. Jadi apa yang diucapkan bahwa menghormati para sulinggih, sama sekali tidak benar. 'Terbukti produk para sulinggih tidak dijadikan acuan dalam mengambil keputusan apabila investor berkeinginan membangun di kawasan suci,' jelasnya datar.

Oleh karena itu, ia memberi solusi agar Bhisama PHDI itu diperdakan, sehingga mempunyai kekuatan legal formal. Selain itu, akan menjadikan keharusan bagi eksekutif untuk melaksanakannya serta akan terkena sanksi bila dilanggar. Demikian pula DPRD akan mempunyai kewajiban untuk mengawasi dan mengontrol terhadap pelanggaran bhisama yang telah menjadi perda. Terkait pembangunan di Danau Buyan, Begawan Dwija Sandi dengan tegas menolaknya, karena hal itu membahayakan alam Bali.

Hal senada juga diungkapkan Gusti Mangku Kubayan Manik Arjawa. Bahkan, ia menyatakan sebuah purana yang menyebutkan barang siapa yang berani mengusak-asik laut, gunung dan danau akan terjadi sesuatu pada Bali. 'Apakah hal itu dikehendaki terjadi pada Bali,' tanyanya sembari menyatakan semua itu tergantung para pejabat karena merekalah yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan izin untuk legalnya sebuah investasi di kawasan suci.

Sementara itu, Mangku Sunartha menyatakan kericuhan investasi yang terjadi di Bali sekarang ini dikarenakan telah terjadi degradasi moral. Tidak saja terjadi di masyarakat juga para pejabatnya. Mereka hanya berorientasi uang. Pendekatan yang digunakan dalam meloloskan investasi hanya berdasar kepentingan ekonomi. Penyelamatan lingkungan, penyelamatan Bali dan penyelamatan budaya sama sekali tidak menjadi pertimbangan. Kalau toh ada, hal itu hanya ada dalam wacana, bukan dalam tataran implementasi.

Tak kalah pedasnya pernyataan Wayan Budi Arsana dari Sekaa Demen Bali. Ia menuding investor yang datang ke Bali hanya manis di bibir. Ia menyebut contoh tentang rekrutmen tenaga kerja. Awalnya, memang sebagian besar tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga lokal. Namun pelan tapi pasti, mereka akan digusur dengan tenaga dari luar dengan alasan tenaga lokal kurang profesional. Yang disisakan untuk tenaga lokal hanya satpam dan tukang kebun.

Lalu siapa yang mengontrol ini, bahwasanya janji investor mempekerjakan 60 persen tenaga lokal sudah tak ditepati. Ini juga mesti dibuat aturan tegas, bahwa investor harus mempekerjakan 60 persen tenaga lokal. Kalau mereka menganggap tenaga lokal kurang profesional, adalah tanggung jawabnya untuk melatih. 'Ini sebuah tanggung jawab sosial. Bukan malah melempar dan mengganti dengan tenaga luar,' terang Arsana yang mantan karyawan hotel.

Sementara itu, pengamat lingkungan Dr. Luh Kartini menyatakan, apa pun alasannya, pemanfaatan Danau Buyan untuk kepentingan investasi harus ditolak. Hal ini juga sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan forum diskusi yang dimediatori Prof. Wijaya. Ia mengatakan Forum Ajeg Bali sepakat menolak segala bentuk investasi di Danau Buyan. Selain melanggar kawasan suci, juga melanggar perda dan peraturan perundang-undangan pemanfaatan air. (019)

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10368

Menjaga Harmoni Alam Bali

06.07, Posted by simple, No Comment

Menjaga Harmoni Alam Bali
Danau, Laut, dan Gunung Harus Tetap Dijaga
Air merupakan sumber kehidupan. Karena itu, air dan sumber air seperti danau, jangan sampai diganggu atau dirusak. Demikian pula sungai dan laut jangan dicemari. Jika ini diganggu dan terganggu, dampak buruknya akan sangat dirasakan oleh umat. Demikian dikatakan dosen IHDN Made Surada, dosen Unhi Denpasar Wayan Budiutama dan A.A. Anom Kumbara serta dosen Universitas Negeri Yogyakarta A.A. Suryadarma.

UNSUR alam yang meliputi pertiwi, apah, teja, bayu, dan akasa (panca mahabhuta) penting dijaga agar tidak sampai tercemar dan mengalami kerusakan. Air, udara, dan tanah (pertiwi) mesti dijaga dengan baik. Jika itu tercemar, dampaknya akan dirasakan masyarakat. 'Unsur-unsur vital dalam buana agung itu mesti dijaga. Jika itu mengalami disharmoni, buana alit akan terkena dampaknya. Jika buana agung rusak, buana alit juga akan terkena dampak,' ujar Surada.

Dikatakannya, danau sangat disakralkan oleh umat Hindu. Danau itu berfungsi untuk penampung air sekaligus mengalirkan air ke kawasan sekitarnya sebagai sumber kehidupan. Air danau akan tetap tersedia manakala alam di sekitarnya tetap dilestarikan--pepohonannya dijaga, jangan sampai dibabat. Ketika turun hujan, pepohonan inilah yang berfungsi menahan air, kemudian tertampung di danau. Jika danau sampai dieksploitasi untuk kepentingan lain, fungsinya sebagai sumber air terganggu.

Suryadarma menambahkan air sangat diperlukan dalam kehidupan. Bahkan, hampir 80 persen tubuh manusia terdiri atas air. Karena itu, sumber-sumber air seperti danau mesti dijaga dan dipelihara. Ia tak setuju danau sampai dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Agar air tetap tersedia, tak mengalir begitu saja di permukaan tanah dan hanyut ke laut saat hujan, pohon-pohon mesti ditanam di daerah hulu. Hutan di sekitar danau mesti dilestarikan. Lanjut Surada, tak hanya danau, laut dan gunung pun mesti jangan dicederai. Gunung dan laut bagi umat Hindu amat disakralkan, karena memiliki nilai-nilai filosofi. Dalam konteks nyegara-gunung (hubungannya dengan upacara pitra yadnya), laut dan gunung amatlah disucikan. Termasuk juga dalam upacara melasti, mekiyis. Jika kawasan-kawasan yang disucikan itu diganggu, kita bisa bayangkan nasib Bali ke depan.

Anom Kumbara dan Budiutama mengatakan untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan, perlu ada semacam regulasi positif. Artinya, lewat penegakan sanksi hukum positif, diharapkan ada efek jeranya. Perlu ada penegakan hukum positif agar lebih mengikat. Mereka yang melakukan pencemaran air danau, sungai, laut dan sebagainya mesti ditindak tegas. 'Danau mesti tetap disakralkan. Jika telah diprofanisasi, kita akan kehilangan danau sebagai sumber air, tempat melasti dan kegiatan ritual lainnya,' katanya. (lun)

sumber @ http://balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10340

Tempat Melimpahkan Keselamatan Umat

17.28, Posted by simple, No Comment


Tempat Melimpahkan Keselamatan Umat
KEINDAHAN alam kawasan danau Buyan (Buliyan) dan Danau Tamblingan memang menakjubkan. Kawasan itu membawa pengaruh kesucian dan ketenteraman batin bagi siapa saja yang datang berkunjung menikmati pemandangan alamnya. Keindahan dan kesan kesucian itu akhir-akhir ini menjadi perhatian kaum pebisnis untuk memanfaatkannya secara ekonomi. Namun sebelum mengambil keputusan, ada baiknya kita membuka buku sejarah, lontar, prasasti dan bhisama-bhisama yang terkait dengan kawasan itu, sekaligus mencoba meninjau proyek-proyek wisata dari aspek spiritual-religius.

Kawasan Suci

Rg Veda Samhita, Mandala VIII, Sukta 6.28 menyatakan: upahvare girinam samgathe ca nadinam, dhiya vipro ajayata: (Indra) yang bijaksana telah dilahirkan oleh upacara suci di atas lereng-lereng gunung, di antara danau dan sungai-sungai. Reg Veda Samhita, Mandala II, Sukta 35.3: sam anya ganty upa yanty anyah, samanam urvam nadyah prnanti, tam u sucim sucayo didivamsam, apam napatam pari tasthur apah: beberapa aliran air berkumpul bersama, yang lainnya bergabung dengannya, bagaikan sungai-sungai mereka mengalir bersama menuju suatu tempat penampungan (danau/laut), air murni telah berkumpul mengelilingi kekuatan, bening/suci dan bersinar kemilauan. Selain itu, Atharvaveda XII.1.38 menyatakan pula: yasyam sadoha virdhane yupo yasyaam nimiyate, brahmano yasyamaracantyurgbhih samna yajurvidah, yujyante yasyamrtvijah somam indraya patave: di tempat-tempat suci, di mana didirikan yupa/pura tempat para brahmana yang menguasai Yayurveda memuja Tuhan dengan Rgveda dan merapalkan Samaveda, di sanalah Tuhan melimpahkan kebahagiaan dan keselamatan bagi umat manusia.

Berdasarkan kitab-kitab suci Veda itulah, Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat telah mengeluarkan Keputusan Nomor: 11/Kep/I/PHDIP/1994 tanggal 25 Januari 1994 tentang Bhisama Kesucian Pura, di mana ditetapkan bahwa kawasan suci di Bali meliputi gunung, danau, campuhan (pertemuan sungai-sungai), pantai, dan laut. Selain itu kawasan suci meliputi pula lingkungan lokasi pura yang dibedakan menjadi Pura-pura Sad Kahyangan, Dang Kahyangan, Kahyangan Jagat, pura dari pagujuban warga, dan Sanggah/Pamerajan. Wilayah kesucian yang patut dijaga mencakup lingkungan sekitar Pura-pura ditetapkan dengan jarak dalam istilah apenimpug, apeneleng, apengambuhan, dan apenyengker. Apenimpug adalah jarak yang diperoleh dengan melemparkan batu sebesar genggaman oleh seorang dewasa. Apeneleng adalah jarak batas kemampuan mata memandang. Apengambuhan adalah jarak terciumnya bau yang tidak sedap akibat berbagai aktivitas manusia. Apenyengker adalah batas tembok pura atau sanggah/pamerajan.

Dalam kitab suci Wisnu Purana, gunung disucikan karena diyakini sebagai stana Dewa Wisnu, yakni manifestasi Hyang Widhi (Tuhan YME) sebagai pemelihara dan pemberi kemakmuran kepada umat manusia. Demikian pula air dalam wujud sebagai mata-air, danau, sungai dan laut yang memberikan kehidupan dan kesuburan alam semesta. Dalam pengertian ini terkandung prinsip utama bahwa tiada kehidupan makhluk apa pun dapat bertahan tanpa adanya air yang bersumber dari hutan di pegunungan.

Lebih lanjut Parisada dalam keputusan itu menetapkan bahwa konsep Tri Hita Karana harus dipertahankan agar terwujud kesejahteraan umat manusia. Tri Hita Karana adalah tiga hal yang menyebabkan kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang disebut sebagai parhyangan, hubungan yang harmonis antara sesama manusia yang disebut sebagai pawongan, dan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam semesta yang disebut sebagai palemahan. Tri Hita Karana telah diyakini kebenarannya, tidak hanya oleh pemeluk Hindu saja tetapi juga oleh masyarakat dunia, karena bila sudah satu hubungan itu tidak harmonis maka malapetaka akan menimpa dunia dan umat manusia serta makhluk lainnya.

PHDI menegaskan, dalam upaya menjaga kawasan suci dan terwujudnya Tri Hita Karana, maka kegiatan pembangunan fisik sarana dan prasarana oleh pihak pemerintah maupun swasta harus mengikutsertakan umat Hindu dan memohon persetujuan para sulinggih (pendeta) mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya. Pada keputusan Parisada di atas, ditetapkan pula bahwa di kawasan suci hanya boleh ada bangunan yang terkait dengan kehidupan beragama Hindu misalnya dharmasala, ashram, dll. yang menunjang kegiatan umat Hindu melakukan ritual, pendalaman rohani, tirtayatra, dharma-wacana/dharma-tula, dharma-gita, dharma-sadhana, dll.

'Sanghyang Naga Tiga'

Dalam Lontar Kusuma Dewa diungkapkan tentang keadaan Batara di bhuwana agung (jagat raya) sebagai Maha Meru yang puncaknya mencapai angkasa dan pangkal dasarnya menembus sapta petala. Maha Meru atau gunung adalah tempat pertemuan para dewata dalam menciptakan ala (keburukan) dan ayu (kebaikan) di dunia. Oleh karena demikian, pentingnya peranan gunung, maka gunung dibelit (dijaga) oleh Sanghyang Naga Tiga, yaitu yang terbawah adalah Sanghyang Naga Anantabhoga sebagai perwujudan Batara Brahma, yang di tengah adalah Sanghyang Naga Basuki sebagai perwujudan Batara Wisnu, dan yang di puncak adalah Sanghyang Naga Taksaka sebagai perwujudan Batara Iswara. Batasan bagian bawah gunung adalah sapta petala, di mana lapisan ketujuh yang disebut ratala adalah magma dan zat-zat panas yang disebut juga Bedawangnala. Kata 'bedawangnala' berasal dari: 'beda' artinya ruang, 'wang' artinya keberadaan, dan 'nala' artinya api. Bedawangnala disimbulkan sebagai kura-kura. Keajegan gunung ditentukan oleh keutuhan bedawangnala. Oleh karena itu bedawangnala dibelit oleh dua naga yaitu Sanghyang Naga Anantabhoga dan Sanghyang Naga Basuki. Anantabhoga artinya sumber makanan, dan Basuki artinya keselamatan. Dari pengertian-pengertian di atas dapatlah disimpulkan, Lontar Kusuma Dewa menggugah kesadaran bahwa bumi dengan intinya gunung adalah sumber kemakmuran, sumber makanan yang tidak habis bagi kesejahteraan manusia sebagai anugerah Batara Brahma, Batara Wisnu dan Batara Iswara, yang harus dijaga keajegannya.

Ki Barak dengan Ki Panji Landung

Dalam sejarah (Babad Buleleng) ditulis bahwa pada tahun 1611 (Masehi), di atas Danau Buyan (sebelah utara) muncullah secara misterius Batara Ki Panji Landung yang mengangkat Ki Barak ke atas telapak tangannya, serta mengatakan bahwa kelak, Ki Barak akan menjadi raja di wilayah yang dilihatnya dari ketinggian tubuh/tangan Ki Panji Landung. Wilayah itu adalah Den Bukit. Anugerah Ki Panji Landung ini menjadi kenyataan, karena tak lama kemudian Ki Barak berhasil menewaskan penguasa Den Bukit di masa itu yang bernama Pungakan Gendis. Beliau kemudian menjadi raja pertama Den Bukit bergelar Kiyai Anglurah Panji Sakti.

Tulisan Minggu besok akan mengulas tentang Prasasti Tamblingan tahun 844 Saka dan Pura-pura yang ada di kawasan Bedugul. (*)


Oleh Bhagawan Dwija

sumber @ http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10274

Siwaratri, Momen Introspeksi Diri

17.07, Posted by simple, One Comment

Sabtu (24/1) ini, umat Hindu kembali merayakan Siwaratri. Hari suci yang datang setahun sekali itu dirayakan tepat pada hari ke-14 paruh gelap, bulan ketujuh (panglong ping 14 sasih kapitu). Lalu, apa sesungguhnya hakikat Siwaratri?

PENGAMAT agama Gusti Ketut Widana mengatakan, secara tatwa sesungguhnya Siwaratri merupakan malam perenungan dosa, (bukan peleburan dosa), dengan tujuan tercapainya kesadaran diri. ''Secara tatwa, sesungguhnya Siwaratri itu simbolisasi dan aktualisasi diri dalam melakukan pendakian spiritual guna tercapainya 'penyatuan' Siwa, yaitu bersatunya atman dengan paramaatman atau Tuhan penguasa jagat raya itu sendiri,'' katanya, Jumat (23/1) kemarin.

Sebagai malam perenungan, umat mestinya melakukan evaluasi atau introspeksi diri atas perbuatan-perbuatan selama ini. Pada malam pemujaan Siwa ini umat mohon diberi tuntunan agar keluar dari perbuatan dosa.

Sementara dalam konteks kekinian, tokoh Lubdaka dalam teks cerita Mpu Tanakung dinilai telah mengalami ''reinkarnasi'' menjadi Lubdaka-Lubdaka kontemporer. Misalnya, bereinkarnasi menjadi orang-orang yang ''memburu'' danau, gunung, loloan, laut dan hutan, dengan tujuan mengeruk dan menumpuk keuntungan.

Lanjut Widana, perlakuan Lubdaka kontemporer melakukan eksploitasi terhadap kawasan yang disucikan umat Hindu itu, sangatlah kontradiktif dengan praktik yadnya yang dilakukan umat Hindu, seperti wana kerthi, samudera kerthi, danu kerthi dan giri kerthi. Yadnya itu digelar dengan tujuan mencapai keharmonisan alam.

Pada saat Siwaratri inilah para Lubdaka kontemporer mesti melakukan introspeksi. Mudah-mudahan setelah itu mereka tidak berambisi mencederai danau dan menambah dosa.

Dosen IHDN Denpasar Made Surada mengatakan hal yang sama. Malam Siwaratri merupakan momen introspeksi diri, guna menyadari perbuatan-perbuatan dosa atau kekeliruan selama ini.

Dikatakannya, teks-teks atau purana yang menjadi landasan perayaan Siwaratri cukup beragam seperti Padma Purana, Siwa Purana, Siwaratrikalpa dan sebagainya. Lewat kekawin Siwaratrikalpa karya Mpu Tanakung, umat tampaknya lebih mudah memaknai esensi Siwaratri.

Waktu pelaksanaan Siwaratri pun dipilih yakni waktu yang paling tepat -- panglong ping 14 sasih kapitu. Saat itulah umat melakukan brata Siwaratri seperti upawasa (puasa), monobrata (diam) dan jagra (melek atau tak tidur semalam).

Surada menambahkan, umat manusia dalam perjalanan hidupnya tentu banyak memiliki kekurangan. Karena itu hari suci Siwaratri ini merupakan momen yang tepat untuk melakukan perenungan atau penyadaran diri. ''Apa yang telah dilakukan selama ini. Dari introspeksi itu diharapkan terjadi peningkatan diri atau pembenahan-pembenahan untuk mencapai suatu keharmonisan,'' ujarnya.

Sementara dalam buku ''Memahami Makna Siwaratri'' karangan IBG Agastia disebutkan, ada sejumlah sumber Sansekerta memuat uraian tentang Siwaratri yaitu Siwa Purana, Skandapurana, Garuda Purana, dan Padma Purana. Sementara sumber Jawa Kuno juga memuat tentang Siwararti yakni kekawin Siwaratrikalpa -- yang dalam kehidupan masyarakat lebih dikenal dengan sebutan kakawin Lubdaka karya Mpu Tanakung. Karya sastra kekawin ini ternyata bersumber dari Padma Purana.

Melalui kekawin itu, Mpu Tanakung menceritakan kisah seorang papa, si Lubdaka, yang karena melaksanakan brata Siwaratri pada malam Siwa yang suci, akhirnya mendapat anugerah Batara Siwa. Melalui kekawin itu Mpu Tanakung sesungguhnya telah menguraikan aspek-aspek filsafat agama, tata susila agama dan upacara agama menurut ajaran Siwa yang dapat dipakai pedoman dalam kehidupan.

Siwaratri mengandung ajaran penyadaran diri manusia tentang dari mana semua makhluk ini berasal, semua makhluk hidup berkembang dan kemudian ke mana mereka lebur. Selanjutnya dengan akal sehat, sebagaimana disiratkan dalam kitab suci, menemukan dirinya sendiri untuk menjawab apakah realitas tertinggi yang menjadi tujuan dan asal-muasal itu ada. Siwaratri merupakan malam yang penuh kesucian (nirmala). Umat manusia memfokuskan seluruh pikirannya kepada Siwa, penguasa jagat raya. Pelaksanaan brata Siwaratri dapat dikatakan sebagai jalan pendakian menuju pembebasan. (lun)

sumber @ http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=10276

Menyambut Siwaratri 24 Januari 2009

16.40, Posted by simple, One Comment

 SIWA RATRI - DALAM KONSEPT - KEKINIAN

Hari Siwaratri yang jatuh pada Purwaning Tilem Kapitu, Sabtu 24 Januari 2009 mendatang, merupakan momen yang sangat tepat untuk merenung dan mengendalikan diri. Pada hari suci penuh pengampunan itu, umat Hindu diajak untuk bisa mengekang hawa nafsu dan keinginan yang bersifat duniawi. Nilai-nilai apa yang bisa dipetik dari malam Siwaratri dalam konteks kekinian? Kemudian, apakah figur si pemburu Lubdaka yang diceritakan pada malam Siwaratri masih relevan dengan kehidupan sekarang.

Hidup manusia sebenarnya dibelenggu oleh bhuta kala. Dalam usaha melepas belenggu bhuta kala itu, manusia hendaknya berusaha mendapatkan keseimbangan jasmani dan rohani yang bisa dicapai secara perlahan-lahan dan bertahap. Tidak dimungkiri banyak hambatan yang menghadang ketika manusia ingin mencapai keseimbangan itu. Hambatan itu datangnya tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam diri manusia itu sendiri perhatikan pupuh dibawah ini.

RAGADI MUSUH MAPARO,

RING HATI YA TUNGGUWANNYA TAN MADOH RING DEWEK

Hawa nafsu, ego adalah musuh yang sangat dekat

Didalam hati letaknya tak jauh dari dalam diri kita sendiri

Siwaratri pada hakikatnya merupakan sebuah ajaran untuk membangkitkan perjuangan umat Hindu untuk selalu sadar akan dirinya yang selalu diancam oleh berbagai hambatan. Upacara Siwaratri bertujuan memberikan pengetahuan kepada manusia agar menyadari bahwa dalam dirinya selalu ada pertarungan antara kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu, sebaik-baiknya manusia, pasti pernah berbuat dosa selama hidupnya. Demikian pula sejelek-jeleknya manusia, pasti pernah berbuat baik selama hidupnya. Hanya saja sejauh mana diri kita mampu untuk mengambil hikmah dari voyeges ini.

Menyadari hal itu, Siwaratri dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada setiap umat Hindu untuk selalu sadar dan berusaha semaksimal mungkin menghindari perbuatan dosa dan selalu berikhtiar untuk memperbanyak perbuatan dharma. Meskipun manusia sulit menghindari perbuatan dosa, bagaimana pun besarnya perbuatan dosa yang telah diperbuatnya, tidak tertutup jalan untuk menuju dharma. Dalam artian jgn ada kalimat kepalang ahh

Siwaratri memotivasi manusia untuk tidak berputus asa kembali ke jalan dharma. Pintu dharma selalu terbuka lebar bagi orang yang sadar akan segala perbuatan dosanya. Cerita Lubdaka, si pemburu yang pekerjaan sehari-harinya berburu binatang, sebagai salah satu contoh. Tetapi, masih relevankah figur Lubdaka yang diceritakan pada malam Siwaratri dengan kehidupan sekarang

Dari kalangan para peminat spiritual, cerita Lubdaka itu diterjemahkan sebagai berikut : Jika seseorang sudah mampu membunuh sifat kebinatangannya, maka timbullah rasa ingin dekat dengan Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Rasa keinginan atau hasrat (kerinduan) itu diwujudkan dengan berbagai cara (berjapam/mengulang-ngulang nama suci Tuhan), beryajna dan sebagainya.

Banyak kalangan yang kurang setuju, jikalau malam Siwaratri sebagai malam penebusan dosa. Karena kepercayaan Hindu, hukum karma itu tidak pandang bulu. Meskipun orang suci, jika berbuat salah tetap akan mendapat hukuman. Reaksi dari perbuatan itu sulit untuk dihapus, maka dari itu ada beberapa pakar yang menyatakan tidak setuju jika malam Siwaratri diistilahkan sebagai malam peleburan dosa.

Umumnya Siwaratri dilaksanakan dengan laku brata : Mona Brata (pengendalian dalam kata-kata). Mona brata sering diistilahkan dengan tidak mengucapkan kata-kata sepatahpun. Sehingga hal seperti ini bisa menimbulkan kesalah-pahaman. Karena jika seorang teman sedang bertandang kerumah dan menyapa atau bertanya, tapi yang ditanya tidak menyahut, akhirnya menyebabkan orang menjadi tersinggung. Karena dlm kasus ini melakukan tapa mona-brata, justru malah melakukan himsa karma, karena membuat orang lain menjadi jengkel dan sakti hati lantaran mereka tidak tau kita lagi monobrata. Kalaupun punya niat tapa brata semacam itu, sebaiknya pergi ke hutan atau ketempat yang sunyi, jauh dari keramaian. Nah itu pun jaman dulu kan begitu, nah sebanarnya kalau kita ambil inti sari dari Monobrata, bagaimana kita meminimize ucapan yg negative point kpd orang lain, kurangi berbicara, perbanyak Asmaranam menyebutkan Nama-nama Hyang widhi ( Om Na, Ma, Ci, Wa, Ya ) dsb.

Upawasa yaitu pengendalian dalam hal makan dan minum. Jadi disini ditekankan tidak diharuskan untuk berpuasa/tidak makan dan minum semalam suntuk. Melainkan pengendalian dalam hal makan dan minum. Umat dibebaskan untuk melaksanakan bratanya, mau puasa ya silahkan, tidakpun tidak apa-apa. Hanya saja brata itu berlaku untuk seterusnya. Konsept kekinian makan jangan sampai berlebihan, sedangkan disatu sisi banyak sekali kita melihat saudara kita barangkali bisa makan nasi satu kali sudah angayubagia, nah kalau demikian bagaimana kita melakukan yadnya kita dg menyisihkan makan yg berlebihan itu kita sisihkan / yadnyakan kepada saudara kita yg sangat membutuhkannya, atau dananya kita jadikan dana pendidikan.dllnya

Jagra yaitu pengendalian tidur atau dalam keadaan jaga semalam suntuk hingga menjelang pagi disertai melakukan pemujaan kepada Siwa sebagai pelebur kepapaan. Jadi pada malam Siwaratri itu yang terpenting adalah begadang demi dia (Siwa). Bukan begadang main gaple atau nonton TV. Tetapi konsept kekinian kita pergunakan berdiskusi, belajar tentang Tatwa, tentang tutur-tutur pinehayuan lan ke ahdiatmikaan, atau barangkali bedah Bhagawagt bisa jadi Manawa dharmasastra, Sarasamuscaya, kekidung lan kekwain dsbnya. Pada keesokan harinya melaksanakan Darma Santhi, pergi saling menungjungi kerumah sahabat, handai toland sambil bermaaf-maafan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Malam Siwaratri bukanlah malam peleburan dosa, melainkan peleburan kepapaan dari kelemahan sifat-sifat manusia. Semua manusia memiliki kepapaan, karena dibelengu oleh ahamkara nafsu-nafsu indrianya/raganya, serta kegelapan yang tak mampu untuk mengintrospeksi dirinya, sehingga kabut gelap yang selalu menyelimutinya.

Itulah sebabnya sangat dianjurkan untuk melaksanakan brata Siwaratri pada Tilem Kepitu yaitu sehari menjelang Tilem Kepitu. Yang tujuannya semata-mata untuk mengurangi kepapaan dari nafsu-nafsu indria yang dimiliki oleh umat manusia.

Terutama sekali yang berupa Peteng Pitu (7/tujuh) kegelapan yg disebut dgn "Sapta Timira" (tujuh macam kemabukan). Diantaranya adalah, Surupa (mabuk karena rupawan/rupa tampan atau cantik), Dhana (mabuk karena kekayaan), Guna (mabuk karena kepandaian), Kasuran (mabuk karena kemegahan), kulina (mabuk karena keturunan bangsawan), Yowana (mabuk karena keremajaan), Sura (mabuk karena minuman keras).

Ternyata bukan minuman keras saja yang menyebabkan seseorang menjadi mabuk, melainkan juga ke enam keberuntungan itu. Jika tidak hati-hati membawa dan menjaga keberuntungan itu, justru membuat seseorang menjadi sombong dan terjerumuslah dia kedalam kegelapan.

Ingat Penyakit orang Ganteng : Kecendrungannya menjadi Ply Boy / Girl, Penyakit Orang Kaya = adalah Kikir punya makanan lebih baik busuk daripada diberikan kpda orang lain, meskipun sangat dibutuhkannya. Penyakit orang Dharmawan = adalah suka mengungkit ungkit pemberian.

Penyakit orang banyak omong = adalah Gosif dan terkadang berbohong, kalau tidak begitu tidak asyiikkk....he.....he,

Makna hari suci Siwaratri adalah untuk menyadari bahwa seseorang berada dalam pengaruh kegelapan. Kegelapan itulah yang harus diterangi, baik jiwa, pikiran maupun badan jasmaninya. Kegelapan itu harus disingkirkan dengan ilmu pengetahuan rohani.

Yang paling penting sekali adalah berkat dari Sang Hyang Siwa sendiri. Beliaulah yang akan menghapus kepapaan, ketidak berdayaan melawan hawa nafsunya sendiri. Mungkin ribuan orang akan menyoraki dan mencaci maki seorang penjahat yang mendapat hukuman. Bahkan pula dilempari dengan batu. Namun beliau (Sang Hyang Sada Siwa) menangis melihat umat-Nya dalam kesengsaraan. Beliau tidak membenci malah lebih bersimpati pada mereka yang mengalami nasib buruk seperti itu.

Itulah keutamaan Hyang Siwa, tidak membenci siapapun, walaupun penjahat kelas kakap yang dibenci jutaan manusia. Beliau tetap berbelas kasih. Bersedia mengampuni, asal umat-Nya dengan tulus iklas berserah diri, pasrah total kehadapan-Nya.

Beliau sendiri yang akan mebimbing dan memutuskan keadilan-Nya. Maka sangat dianjurkan untuk melaksanakan brata Siwaratri ini kepada siapa saja. Karena pintu tobat dan pengampunan pada hari itu terbuka lebar-lebar.

Ada lagi disebutkan keutamaan brata Siwaratri dalam lontar "Siwaratrikalpa" buah karya Mpu Tanakung, bahwa jika seseorang mampu melaksanakan laku ; upawasa, mona brata dan jagra pada hari itu, yang tujuannya memuja Sang Hyang Sada Siwa, serta memohon pengampunan-Nya maka karmawasananya akan selalu diperhitungkan oleh sang Surat-atma, kurangi dosa, perbanyaklah bertobat.

Rsi Empu Tanakung juga mengisyaratkan bahwa brata Siwaratri melebihi semua jenis yajna. Untuk itulah, seseorang jangan berputus asa jika sudah terlanjur melakukan kesalahan. Karena Siwaratri bisa dilaksanakan dimana saja (di rumah, di Pura, di tempat sunyi, bahkan di Lembaga Pemasyarakatan / Penjara). Justru disinilah mungkin ( di Lemaga Pemasyarakatan) brata Siwaratri itu dilaksanakan lebih khusuk.

Niyasa yang terungkap dalam Lubdaka Kalpa adalah :

Tilem ke pitu adalah malam yang tergelap dari malam malam lainnya, karena tiada yang lebih gelap dari "SAPTATIMIRA" PETENG PITU"


JAGRA : Mengurangi durasi tidur dengan jalan memperbanyak improvisasi diri dengan memplejari ilmu ilmu keagamaan yang kita yakini "HINDU"

MONOBRATA : Mengurangi pembicaraan yang tidak baik, mempitnah, menipu, gosif, serta berbohong, perbanyak dengan ASMARANAM Melakukan japa mala.

UPAWASA : mengurangi makan yang berlebihan, serta meyadnyakan dananya untuk disumbangkan kepada oran orang yang jauh lebih papa dari kita, baik itu berupa makanan, maupun berbentuk dana-dana yang lainya seperti Rumah- sakit, sekolah, serta buku buku agama. Dllnya.

Pemburu Satwa : Mencari tatwa, dengan membunuh sifat himsa karma ( kebinatangannya, dengan meningkatkan sifat sifat satwan dlm triguna sakti )

Naik Kayu dimalam hari : Munggah kayun dengan statement menghilangkan kegelapan, mulai sejak Siwa linggam dimalam hari, commit untuk selanjutnya harus berubah, karena hari esok harus lebih baik dari yang sekarang, itu prinsip

Inggih suksme pisan niki wantah aturan titiang maring Ide dane pare darmika sinamian, mogi wenten pikenohnyane.

Namaste.


sumber @ http://pasektangkas.blogspot.com/