RSS : Articles / Comments


Diskusi Bali Post (1) Jalan Layang, Solusi Jangka Pendek

08.59, Posted by simple, One Comment

Jalan Layang, Solusi Jangka PendekIda Pedanda Made Gunung:

Dari pendekatan keagamaan tak hanya merujuk soal tatwa. Di Bali masih ada pendekatan ritual, etika dan susila. Ritual tak hanya menyangkut soal perasaan juga berimbas kepada etika. Karena itu, Bali dalam jangka panjang tidak memerlukan jalan layang untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Tawaran jalan layang hanyalah terapi jangka pendek. Tawaran jangka pendek itu pun baru bisa dilaksanakan asalkan sudah bisa dicarikan solusi umat Hindu yang membawa pratima.





Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati, IPM.:

Jalan layang sudah layak di Bali. Jika tidak demikian, tanah pertanian di Bali akan habis. Pasalnya, bukan hanya lahan pertanian yang dihabiskan untuk membuka jalan baru tersebut, tetapi dampak ikutan sebagai ekses dari dibangunnya jalan tersebut. Bangunan baru dengan cepat muncul sehingga lahan pertanian di sekitarnya cepat beralih fungsi.





I Dewa Gede Ngurah Swasta, S.H.:

Dibangunnya jalan layang akan membuat Bali semrawut. Bali tidak akan ada bedanya dengan Jakarta. Dari estetika, Bali sangat riskan dibangun jalan layang. Persoalan yang dihadapi Bali sesungguhnya masih bisa diatasi dengan mendisiplinkan aparat dan rakyat, konsistensi penerapan aturan perizinan membangun serta kesigapan aparat dalam melaksanakan aturan dan pengawasan.





Tawaran jalan layang untuk memecahkan kemacetan lalu lintas di Bali masih tetap memunculkan kontroversi. Dari segi teknologi dan kelayakan, jalan layang itu sudah layak dibangun di kawasan tertentu seperti di simpang-siur Kuta. Namun tetap dipersoalkan. Selain solusi jangka pendek, dari sisi estetika serta etika agama Hindu, hal itu juga bermasalah. Hal itu terungkap pada diskusi yang digelar Bali Post, Rabu (14/1) kemarin di Warung Beras Bali, Jalan Sahadewa nomor 26 Denpasar. Diskusi menghadirkan Ida Pedanda Gede Made Gunung, penemu teknologi jalan layang Sosrobahu Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati, IPM., pengamat ekonomi Dr. IGW Murjana Yasa, S.E., M.Si., Nayaka Majelis Utama Desa Pakraman Bali I Dewa Gede Ngurah Swasta, S.H. dan Kepala Bidang Bina Marga Dinas PU Bali Ir. Ida Bagus Sidharta, M.T. Berikut rangkuman diskusi tersebut.





TAWARAN jalan layang kembali diapungkan untuk memecahkan masalah lalu lintas di Bali. Tawaran ini mengingat makin kroditnya lalu lintas di Denpasar dan Badung. Selain itu, juga laju pertumbuhan kendaraan yang cepat yang tak diikuti dengan pertumbuhan prasarana jalan yang memadai. Lebih-lebih adanya rencana memangkas perda yang mengatur tinggi bangunan. Kalau ini dilaksanakan tentu akan mengundang pendatang makin banyak ke Pulai Dewata ini. Akibatnya Bali akan makin sesak, krodit dan macet di mana-mana. Dari sejumlah titik kemacetan lalu lintas di Bali, bunderan simpang-siur dinilai paling macet. Karena itu pemerintah daerah menilai sudah layak dikaji jalan layang.

Tjokorda Raka Sukawati -- penemu Sosrobahu -- memandang jalan layang sudah layak di Bali. Jalan layang tak hanya dibangun di Jakarta, tetapi sudah melebar sampai di Filipina. Bahkan, 10 meter dari Pura Rawamangun di Jakarta sudah dibangun jalan layang. Jalan layang adalah jembatan yang dibuat di atas jalan baru. Lantas dibangun tiang beton seberat 480 ton. Di atasnya dibuat bidang sejajar dengan tiang tersebut baru badan jalan di atasnya. Pada tempat tertentu bisa diputar 90 derajat. Karena itu tawaran jalan layang disambut baik penemu Sosrobahu. Jika tidak demikian, tanah pertanian di Bali akan habis. Pasalnya, bukan hanya lahan pertanian yang dihabiskan untuk membuka jalan baru tersebut, tetapi dampak ikutan sebagai ekses dari dibangunnya jalan tersebut. Bangunan baru dengan cepat muncul sehingga lahan pertanian di sekitarnya cepat beralih fungsi.

Bagaimana dari sisi adat dan agama? Dari adat dan budaya, Bali memang unik. Karena keunikan tersebut, Bali mendapat beragam predikat yang menjadikan demikian terkenalnya. Bahkan, Hindu di Bali juga berbeda dengan India karena ada konten lokal adat dan budaya. Persoalannya ketika adat dan budaya terkoyak, dampaknya sangat luas terhadap pariwisata budaya dan ekonomi krama Bali. Karena itu, kajian jalan layang hanya menjadi pilihan alternatif yang masih perlu dikaji mendalam dan komprehensif.

Dari pendekatan keagamaan tak hanya merujuk soal tatwa seperti membangun jalan layang di dekat Pura Rawamangun, Jakarta. Di Bali masih ada pendekatan ritual, etika dan susila. Ritual tak hanya menyangkut soal perasaan juga berimbas kepada etika. Dari sisi ini, umat Hindu yang membawa pratima tak mungkin masulub di bawah jalan layang.

Karena itu, Bali dalam jangka panjang tidak memerlukan jalan layang untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. 'Tawaran jalan layang hanyalah terapi jangka pendek (short therapy) yang paling lama bisa bertahun sampai 30 tahun setelah itu macet lagi,' kata Ida Pedanda Gunung. Tawaran jangka pendek itu pun baru bisa dilaksanakan asalkan sudah bisa dicarikan solusi umat Hindu yang membawa pratima tak masulub di bawahnya.

Bagaimana dengan estetika apakah tak akan merusak keindahan alam Bali yang unik? Pandangan Dewa Swasta, bunderan simpang-siur kalau dibangun jalan layang di atasnya akan lebih semrawut. Apa yang menjadi kebanggaan wisatawan melihat alam Bali yang indah sesungguhnya tak akan terkesan seperti itu. Bali akan semrawut seperti Jakarta. Dari estetika, Bali sangat riskan dibangun jalan layang. Persoalan yang dihadapi Bali sesungguhnya masih bisa teratasi dengan mendisiplinkan aparat dan rakyat, konsistensi aturan perizinan membangun, kesigapan aparat dalam melaksanakan aturan dan pengawasan.

Lantas biang keladi dari kemacetan lalu lintas itu apa sesungguhnya? Ikuti bagian kedua dari tulisan ini, Jumat besok! (sua)

Related Posts by Categories



One Comment

Bali Hotel @ 14 Januari 2009 pukul 17.33

Having holiday in Bali will make you fresh and get more experience on another cultural, meeting another new people and learning other tradition. Bali is one of the main tourist destination in Indonesia offering wide range of Bali hotels for either cheap Bali holidays to luxury private honeymoon package at private Bali Villas.