RSS : Articles / Comments


Yadnya Sesa, Jotan, Banten Pekidih

20.26, Posted by simple, No Comment


Jumat, 2008 November 28
Setiap keluarga Hindu, biasanya diwakili oleh ibu, setiap hari membuat banten kecil yang disebut banten pekidih atau jotan. Banten sederhana ini biasanya terdiri atas beberapa tanding (porsi) masing- masing dialasi selembar daun pisang, atau daun jepun (bunga kamboja), atau taledan kecil dari slepan / janur atau tangkih, berisi sejumput nasi, secuil garam dan sejumput lauk pauk yang dimasak (kecuali daging sapi atau daging babi). Banten tersebut kemudian disajikan ke beberapa tempat sesuai dengan kebiasaan keluarga.

Kebiasaan tersebut dilakukan setelah memasak, sebelum ada yang makan. Tujuannya adalah sebagai pernyataan rasa terimakasih ke hadapan yang Hyang Widhi. Juga dibantenkan kepada segala isi dunia / gumatat- gumitit agar tidak mencampuri urusan kehidupan.

Yadnya Çesa, dilaksanakan tiap hari, biasanya pada pagi atau siang hari, dan di senja hari. Sesajen disiapkan setelah menanak nasi, berupa masing-masing banten pekidih atau jotan sesuap nasi lengkap dengan lauk pauknya serba mungil, jumlahnya menurut keperluan. Diberikan kebebasan dalam menentukan berapa jumlah jotan, dapat berbeda bergantung kepada arti yang kita berikan kepada letak persembahannya, namun yang wajib ada tiga (3) sedangkan yang lain diambilkan dari yang paling lazim. Yang wajib adalah segehan untuk dipersembahkan di halaman merajan, di halaman rumah, dan di penunggu karang atau pintu utama. Selebihnya biasanya untuk di dapur, tempat penyimpanan air, tempat penyimpanan beras, dan sebagainya.
Yang di halarnan (natar) sanggah pemerajan ditujukan kepada Sang Bhuta Bucari.
Yang di halaman (natar) rumah ditujukan kepada Sang Kala Bucari dan yang di depan pintu keluar (lebuh) ditujukan kepada Sang Durgha Bucari. Adapun yang lain-lain adalah ditiap-tiap bangunan rumah, sumur, di dapur, di lumbung, diapit lawang, di sanggah natar, di Jero Luh

Alat perlengkapan lainnya. yang patut dibawa ialah, air dan dupa harum. Waktu penyelenggaraan segehan yang akan dihaturkan, terlebih dahulu harus dituangkan (disuguhkan) air sedikit, lalu dengan perantaraan asap dupa harum segehan itu dipersilakan (dihayapkan) untuk mohon keselamatan, kernudian barulah segehan itu masing-masing 1 porsi (tanding) diletakkan di tempat haturan.

Untuk sore harinya yaitu Sandhya-kala, segahan dihaturkan kepada Sang Bhuta Kala dan Durgha Bucari yaitu di natar sanggah, rumah serta pintu keluar pekarangan.

Ucapannya :
di natar sanggah Ratu Sang Bhuta Bucari, manusanira angaturaken segehan.
di natar rumah Ratu Sang Kala Bucari, manusanira angaturaken segahan.
di muka pintu keluar pekarangan Ratu Sang Durgha Bucari manusanira angaturaken segehan.

Menurut kepercayaan, kita baru boleh makan setelah melakukan Yadnya Cesa. Yadnya tersebut kita lakukan demi keselamatan dan ketentraman kita sekeluarga.

Melaksanakan Yadnya Cesa wajib didasari pikiran yang suci bersih dan tulus ikhlas. Mungkin di tempat-tempat lain terdapat cara yang berbeda-beda sesuai dengan desa- kala- patra, tetapi tujuannya sama, yaitu untuk keselamatan dan ketentraman hidup kita sehari-harinya.

sumber @ http://pasektangkas.blogspot.com/

Related Posts by Categories



No Comment